Berkat Tentara Indonesia, Pasukan Elite Spanyol Tak Jadi Dibantai di Libanon, Begini Ceritanya
RIAU24.COM - Zionis Israel tak hanya bermusuhan dengan Palestina, tapi juga berkonflik dengan milisi Hizbullah di Libanon.
Saat pasukan Tentara Negara Indonesia (TNI) melakukan misi di Libanon, ada kisah menarik dibalik penugasan itu dikutip dan ditulis kembali dalam buku berjudul Kopassus untuk Indonesia, Sebuah karya yang disusun oleh E.A Natagera dan Iwan Santosa.
Kisah menarik itu saat tentara Indonesia yang diwakili oleh prajurit kopassus tergabung dalam United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) sukses menyelamatkan pasukan elite milik Spanyol yang hampir saja dibanti.
Kejadiannya bermula ketika Tim Recce (pengintai) dari Spanyol melakukan berpatroli disekitar daerah Libanon.
Mereka membawa 60 orang pasukan dengan 10 unit panser. Di tengah perjalanan, mereka melihat sebuah kabel di saluran air. Kabel yang diduga merupakan aliran komunikasi milisi Hizbullah.
Barang itu kemudian difoto sebagai barang bukti untuk dilaporkan kepada komandan mereka.
Kegiatan itu lalu diketahui oleh anggota milisi Hizbullah. Mereka pun dikejar kemudian dikepung oleh pasukan milisi Hizbullah dengan senjata lengkap.
Serta menggunakan motor trail dan membawa senjata AK-47 serta roket anti-tank/ RPG. Berada dalam posisi terdesak, militer Spanyol segera menghubungi anggota TNI yang juga ada di Libanon.
Pasukan TNI yang datang segera menengahi kedua kelompok tersebut dan memintanya untuk berdialog.
Pihak milisi Hizbullah pun setuju untuk berdialog dan menghentikan pengejaran. Pada akhirnya, pasukan milisi Hizbullah setuju untuk berdamai dan menghindari konflik.
Alasan perdamaian ini cukup mencengangkan. Milisi Hizbullah menghargai pasukan dari Indonesia.
Pasukan TNI terkenal dekat dengan warga sekitarnya. Gemar membantu dan dinilai ramah oleh masyarakat Libanon yang pernah bersinggungan.
Hal ini pun divalidasi oleh salah seorang anggota milisi Hizbullah. Ia mengatakan jika bukan pasukan Indonesia yang memintanya, akhir masalahnya mungkin akan berbeda.
Mereka memutuskan untuk berdialog dan menghindari konflik, karena menghormati pasukan Indonesia.