Kematian Pejabat Indonesia Secara Mendadak Dalam Pesawat Karena Tolak Berdirinya Tambang Emas, Mirip Dengan Kisah Munir
RIAU24.COM - Ketika politisi Indonesia Helmud Hontong naik penerbangan dari Denpasar di Bali ke kota Makassar di Sulawesi Selatan minggu lalu, dia dalam kondisi kesehatan yang baik.
Wakil Bupati Kepulauan Sangihe yang terpencil di Provinsi Sulawesi Utara itu sedang dalam perjalanan pulang usai bertemu dengan para bupati setempat lainnya.
Namun kurang dari satu jam dalam 90 menit penerbangan Lion Air, Helmud mengeluh tidak enak badan, menurut salah satu ajudannya. Dia kemudian mulai batuk dengan keras, saat darah mulai mengalir dari mulut dan hidungnya. Pria berusia 58 tahun itu dinyatakan meninggal saat tiba saat pesawat mendarat di Makassar. Insiden tersebut telah memicu badai api di Indonesia, dengan kelompok-kelompok lingkungan dan komisi hak asasi manusia menyerukan penyelidikan atas keadaan misterius kematian Helmud yang terlalu dini.
Di media, beberapa pengamat berspekulasi bahwa dia bisa menjadi sasaran permainan kotor, mengingat apa yang mereka gambarkan sebagai pola kekerasan yang biasa terhadap mereka yang memilih untuk membela penyebab lingkungan di Indonesia.
Usman Hamid, direktur Amnesty Indonesia, mengatakan dia telah memobilisasi aktivis senior untuk mendorong otopsi penuh dan penyelidikan forensik. “Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan tingkat ancaman terhadap mereka yang bekerja di bidang lingkungan dan hak atas tanah,” kata Usman. “Cara kematiannya mengingatkan saya pada Munir, sesama aktivis HAM yang diracun di pesawat.”
Munir Said Thalib, salah satu aktivis hak asasi manusia paling terkemuka di Indonesia, diracun dengan arsenik dan meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta ke Amsterdam pada tahun 2004. Mantan pilot Pollycarpus Budihari Priyanto awalnya dinyatakan bersalah atas pembunuhan Munir pada tahun 2005, tetapi sejak vonis dibatalkan, tuduhan menutup-nutupi terus menghantui kasus tersebut.