Rumah Peti Mati di Hong Kong, Tempat Tinggal Bagi Jutaan Orang Miskin yang Hidup Secara Tak Manusiawi di Kota Termahal di Dunia
RIAU24.COM - Bayangkan pulang ke rumah setelah seharian bekerja dan rumah Anda tidak lebih besar dari bilik yang baru saja Anda habiskan selama 8 jam - 'rumah peti mati' Hong Kong tidak asing dengan konsep ini.
Ruang sempit yang disebut rumah peti mati, bentuknya sangat menyesakkan dan benar-benar membuat orang percaya bahwa mereka seperti dikubur hidup-hidup. Karena ekonomi Hong Kong meroket selama bertahun-tahun, biaya perumahan melonjak tinggi.
Hal ini menyebabkan bagian masyarakat yang lebih miskin terpaksa beradaptasi dengan perubahan gaya hidup yang tiba-tiba. Oleh karena itu, rumah peti mati muncul.
Rumah-rumah ini tidak lebih besar dari 180 kaki persegi dan orang-orang yang tinggal di sana kebanyakan adalah pensiunan dengan uang pensiun kecil atau tanpa pensiun, pekerja miskin, pecandu narkoba atau orang dengan penyakit mental, orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan (warga yang berpenghasilan kurang dari HK$4,000/ bulan( Sekitar Rp 7,5 juta) , atau keluarga dengan empat orang dengan pendapatan rumah tangga di bawah HK$19.900/bulan (sekitar Rp 37 juta).
Biasanya, rumah-rumah ini adalah apartemen yang dibagi secara ilegal yang menampung sekitar 15 pemilik.
Selain tempat tidur, dan perabotan lain yang dapat dijejalkan orang, penghuni berbagi kamar mandi dan dapur bersama, sebagian besar dalam kondisi tidak bersih. Mereka membayar hampir HK$2,400/bulan (sekitar Rp 4,4 juta) untuk kotak-kotak padat yang menjadi rumah seseorang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Hong Kong, beberapa bangunan menampung hingga enam kali jumlah orang yang awalnya dirancang. Hal ini meningkatkan kemungkinan wabah penyakit dan potensi insiden kebakaran.
Masalah rumah peti mati Hong Kong sering dicap sebagai krisis kemanusiaan dan kesehatan. PBB menyebutnya sebagai "penghinaan terhadap martabat manusia".
Selain pertumbuhan ekonomi wilayah metropolitan, populasi yang menua dengan cepat merupakan faktor lain yang menambah situasi rumah peti mati di Hong Kong. Karena orang tua berjuang untuk memenuhi kebutuhan, mereka harus terpaksa hidup dalam kondisi tak bertuhan ini.
Kota termahal di dunia ini telah menampung warganya yang miskin dengan cara yang paling tidak manusiawi.