Kisah Pilu Anak-Anak Indonesia Saat Pandemi : Mengapa Orang Tuaku Pergi Meninggalkanku Begitu Cepat?
“Kami mendesak pemerintah untuk memperkuat sistem pendukung di tingkat masyarakat, di mana kami dapat mengumpulkan informasi itu karena saat ini kami tidak memiliki informasi itu. Juga, informasinya tidak spesifik. Misalnya, selama COVID, informasi yang kami miliki adalah bahwa seseorang meninggal, namun kami tidak tahu lebih banyak tentang mereka, apakah mereka memiliki anak atau tidak.” katanya
Kementerian Sosial Indonesia telah lama meminta rumah sakit untuk mencatat informasi tentang anggota keluarga pasien mereka, sehingga bantuan dapat dibuat untuk anak-anak jika diperlukan. Tetapi karena rumah sakit di Indonesia telah dibatasi oleh COVID-19, dan kematian di rumah meningkat, lebih sulit untuk menemukan dan mendukung anak-anak yang membutuhkan bantuan.
“Masalahnya, prosesnya belum berjalan dengan baik. Kasus COVID-19 meningkat secara signifikan. Yang kami miliki sekarang hanya data parsial dan belum terlalu sistematis,” kata Kanya Eka Santi, Direktur Rehabilitasi Anak Kementerian Sosial.
Santi mengatakan semakin sulit mencari rumah untuk anak-anak yang membutuhkan, karena banyak rumah tangga mengalami kesulitan ekonomi akibat pembatasan COVID-19. “Ada yang tidak mau menerima anak itu karena tidak mampu, walaupun itu cucunya sendiri. Selama COVID, situasi keuangan semakin sulit. Beberapa orang bahkan kesulitan mendapatkan makanan, jadi jika kami meminta mereka untuk memiliki anak, itu bahkan lebih sulit, ”katanya.
Santi mengatakan mengirim anak ke panti asuhan adalah pilihan terakhir.
“Ketika keluarga besar tidak bisa melakukannya, opsi selanjutnya adalah asuh, perwalian atau adopsi. “Kami memiliki lebih banyak masalah ketika seorang anak tidak memiliki kerabat dan tidak memiliki tempat untuk pergi, ”katanya