Serangan Kilat, Ibu Kota Afganistan Dikuasai Taliban, Posisi Presiden Ghani Terancam
RIAU24.COM - Presiden Afganistan, Ashraf Ghani dikabarkan bakal mundur dari jabatannya. Isu itu tersebar tak lama setelah serangan kilat Taliban yang telah memasuki Ibu Kota Afganistan, Kabul, pada Minggu (15 Agustus 2021).
Dilansir dari Okezone, seorang menteri Afghanistan menyebut kekuasaan di negara itu bakal diserahkan kepada pemerintahan sementara. Seorang pejabat senior kementerian dalam negeri menyebut ke Reuters bahwa milisi Taliban datang "dari semua sisi" ke ibu kota tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara itu Presiden Ghani dalam sebuah pesan yang direkam, pada Sabtu (14/8) menyebut bahwa negara itu terguncang di bawah ancaman pengambilalihan yang Taliban.
Pidato Ghani ini diumumkan ketika Taliban memperketat cengkeraman teritorial mereka di sekitar Kabul dengan kota-kota terbesar kedua dan ketiga di negara itu telah jatuh ke tangan mereka
Tetapi seorang sumber menyebut kepada News18 bahwa Presiden Ghani berkemungkinan mundur. Sumber itu menyebut Presiden Ghani tengah mempertimbangkan untuk berhenti sebagai bagian dari rencana 'gencatan senjata yang mendesak' sebab pemerintah telah mencoba menghentikan serangan mematikan Taliban.
“Para pemimpin bertemu karena situasinya sangat buruk. Pidato itu direkam tadi malam sehingga dia mungkin belum mengumumkan pengunduran dirinya. Namun, presiden masih memikirkannya dan ada kemungkinan dia mundur," kata sumber itu kepada News18 usai pidato Ghani.
Seorang sumber mengatakan Presiden mungkin pergi ke beberapa "negara ketiga" bersama dengan semua anggota keluarganya setelah berhenti.
Sementara itu, Amrullah Saleh, Wakil Presiden pertama Afghanistan, dilaporkan tidak tertarik untuk pindah. .
Presiden Afghanistan pada Sabtu (14/8) menyebut bahwa 'remobilisasi angkatan bersenjata adalah prioritas utama' bagi negara itu, dan 'konsultasi cepat' sedang berlangsung untuk mengakhiri perang.
Lalu Juru bicara (Jubir) Taliban Zabihullah Mujahid menyebut dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok itu sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah untuk penyerahan Kabul secara damai.
"Pejuang Taliban harus bersiaga di semua pintu masuk Kabul sampai transfer kekuasaan yang damai dan memuaskan disepakati," ujar Zabihullah sebagaimana dilansir Reuters.