Indonesia Melaporkan Klaster Baru Covid-19 Dari Lebih 1.000 Sekolah Usai Pembelajaran Tatap Muka Dimulai
RIAU24.COM - Cluster baru COVID-19 telah terdeteksi di lebih dari 1.000 sekolah di Indonesia, sebuah studi oleh Kementerian Pendidikan menunjukkan, memvalidasi kekhawatiran para ahli kesehatan sebelumnya tentang desakan pemerintah untuk melanjutkan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Menurut survei kementerian terhadap 46.500 sekolah di seluruh negeri, sejak pembelajaran tatap muka terbatas diluncurkan pada Juli, 1.296 sekolah telah melaporkan sendiri kasus COVID-19 pada 20 September.
“Ada transmisi di 2,8 persen sekolah yang melaporkan [hasil tes],” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Jumeri.
Sekolah dasar membuat hampir setengah dari angka tersebut dengan 581 cluster, di mana 3.174 staf pengajar dan 6.908 siswa dinyatakan positif.
Di Indonesia, anak-anak di bawah usia 12 tahun belum memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19.
Perlu dicatat bahwa studi kementerian tersebut merupakan perkiraan kasar, karena belum ada pengujian dan penelusuran yang tersebar luas yang dilakukan secara seragam di seluruh sekolah di Indonesia sejak dibuka kembali tahun ajaran ini.
Terpisah dari penelitian ini, klaster COVID-19 juga baru-baru ini diidentifikasi di sekolah-sekolah di seluruh Jawa Tengah, mendorong anggota parlemen di wilayah tersebut untuk menyerukan penangguhan pembelajaran tatap muka sementara sekolah tidak dilengkapi dengan baik untuk mematuhi protokol kesehatan standar.
Sementara di Jakarta, Dinas Kesehatan provinsi belum bisa memastikan temuan Kementerian Pendidikan bahwa klaster COVID-19 muncul dari 25 sekolah di ibu kota.
Sampai sekarang, kementerian mengatakan tidak ada rencana untuk menghentikan pembelajaran tatap muka, dengan mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menyediakan lingkungan bebas COVID-19 bagi guru dan siswa.
Berpegang teguh pada pendiriannya yang telah lama dipegang, kementerian percaya bahwa keterbatasan pembelajaran jarak jauh dan anak-anak berada jauh dari sekolah untuk waktu yang lama dapat terbukti merusak kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Dan karena beban kasus di Indonesia terus menurun sejak puncak gelombang terbaru COVID-19 pada bulan Juli, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan munculnya klaster sekolah mengkhawatirkan dan dapat mengakibatkan bangsal rumah sakit dipenuhi oleh anak-anak .