Gara-gara Taliban Kudeta Pemimpin Afghanistan, Petinggi Militer Rusia dan Amerika Lakukan Pertemuan Khusus
RIAU24.COM - Gara-gara Taliban mengkudeta kepemimpinan di Afghanistan membuat petinggi militer Rusia dan Amerika Serikat (AS) dan Rusia bertemu. Pembicaraan antara AS dan Rusia berlangsung selama enam jam di Helsinki, Finlandia, pada Rabu (22/9/2021).
Dilansir dari Okezone, pertemuan itu, yang merupakan pertemuan tatap muka pertama antara Rusia dan Amerika sejak 2019. Pertemuan diadakan agar kedua AS dan Rusia bisa beradaptasi setelah penarikan pasukan AS dan oengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, dan Jenderal Valery Gerasimov, Kepala Staf Umum Rusia, tak mengungkapkan rincian pembicaraan selama pertemuan. Bahkanpernyataan dari AS dan Rusia itu sangat minim.
Kantor berita Rusia RIA melaporkan, pembicaraan ditujukan guna berdiskusi tentang mitigasi risiko.
AS dan Rusia sering mempunyai kepentingan militer yang bersaing di seluruh dunia, termasuk di negara seperti Suriah. Yang mana pasukan AS dan Rusia beroperasi dalam jarak dekat. Bagaimana AS dan Rusia mengendalikan langkah selanjutnya di Afghanistan masih harus diamati.
Militer AS berada di bawah tekanan Kongres guna menopang strategi anti terorisme guna mengatasi risiko dari Afghanistan. Pasca penarikan pasukan Amerika dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan, akan mengandalkan operasi "over-the-horizon" yang dapat menyerang kelompok-kelompok seperti al-Qaida atau ISIS di Afghanistan, jika mereka mengancam AS.
Namun, tanpa pasukan di lapangan, tak jelas sejauh mana kemampuan Amerika untuk menghentikan rencana kelompok-kelompok teroris itu. Setelah 20 tahun perang, pejabat militer Amerika turut memiliki pandangan suram mengenai Taliban dan punya catatan hubungan dengan al-Qaida yang dicap Amerika sebagai organisasi teroris.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, negaranya perlu bekerja sama dengan pemerintah Taliban serta kekuatan dunia harus mempertimbangkan untuk mencairkan aset-aset yang dimiliki Afghanistan.