Ibu Ini Tak Bisa Ampuni Dirinya, Sang Putri Bunuh Diri Satu Jam setelah Cekcok dengannya
RIAU24.COM - 10 Oktober 2005, adalah kali terakhir Jenetta Barry, melihat putrinya hidup.
“Kamu telah mengacaukan hidupku dan kamu merusak persahabatanku. Aku tidak bisa hidup seperti ini, Bu, jangan paksa aku melakukan ini!” kata Jenny sembari membanting pintu kamarnya.
zxc1
Satu setengah jam setelah perdebatan sengit antara ibu dan anak itu, Jenny, yang saat itu berusia 16 tahun, mengakhiri hidupnya.
Bagi Jenetta, kematian putrinya adalah hal yang paling membuatnya hancur, hingga kini ia tak bisa mengampuni diri sendiri.
“Saat berusia 13 tahun, Jenny mengaku selalu ingin bunuh diri. Bahkan, saat masih berusia 7 tahun, dia mencoba mencekik dirinya sendiri,” kata Jenetta.
Jenetta lalu membuat janji temu dengan seorang psikiater yang kemudian menyarankan agar Jenny dirawat di rumah sakit. Di sana, Jenny bergaul dengan orang-orang dengan masalah yang sama; pergejolakan bathin dan gangguan mental.
Lalu Jenny dibawa pulang, dibekali antidepresan kalau-kalau ia kambuh. Jenny tumbuh menjadi gadis manipulatif, dia kerap terlibat cekcok dan adu mulut dengan Jenneta.
“Jadi suatu malam, aku menulis surat untuknya. Aku mengatakan aku mencintainya, dan dia perlu menghormati aturan di rumah, dan berkontribusi pada kehidupan keluarga. Aku menyelipkan surat itu di depan pintu kamarnya,” kenang Jenneta.
Sembari berdoa surat itu akan membantu memperbaiki hubungannya dan sang putri, Jenny malah keluar dari kamarnya, mengamuk dan menyalahkan Jenetta atas segala yang terjadi pada dirinya.
Lalu, ia kembali masuk ke kamarnya, mulai mengemasi tas, berniat kabur dari rumah. 20 menit berselang, Jenneta memutuskan untuk masuk ke kamar putrinya.
Dia tak menemukan sang putri di atas kasur, pun di depan lemari, meningat Jenny berniat mengemasi barang-barangnya. Perlahan, ia melangkah ke arah kamar mandi.
Di sana, dia menemukan putrinya, tak lagi bernyawa. Asisten rumah tangga mereka, Nellie, bertanya-tanya bagaimana Jenny meninggal.
Jenetta yang terhuyung-huyung, tak mampu menapak kakinya, tak bisa menopang badannya sendiri, terjatuh ke lantai.
“Aku memukul-mukul badanku, aku sudah membunuhnya, begitulah yang ada di pikiranku saat itu,” kata Jenneta.
Karena reaksi dan kepanikannya, Jenetta dibius oleh petugas ambulans yang sudah dipanggil ke TKP. Sejumlah polisi membanjiri rumahnya, setengah sadar karena efek bius, Jenneta samar-samar melihat mayat Jenny dibawa keluar dari rumah.
“Sebagian dari diriku sangat ingin membawanya kembali, namun ada kelegaan menyertai perasaan itu; dia tak akan melukai dirinya sendiri lagi. Setelah empat kali mencoba mengakhiri hidupnya, dia berhasil.”
Sebulan kemudian, setelah dikremasi, Jenetta membawa abu Jenny dan menebarkannya di tepat yang indah, di tepian karang di Mombasa.