Kisah Sukses Yogi Penerima Beasiswa RAPP
Perlahan namun pasti, Yogi berhasil bangkit dari perang batinnya sendiri. Jika mau berhasil maka dia harus berdamai dengan diri sendiri, itu tekadnya. Namun bukan berarti setelah itu semuanya mulus saja, karena dalam saat-saat tertentu pergolakan batin itu kembali muncul.
"Kalau pas bulan Ramadhan, rasa ingin pulang ke Indonesia, ke kampung halaman itu makin menguat. Apalagi di negeri Belanda, lebih dari 12 jam kita harus berpuasa. Di sana, karena musim yang berbeda dengan Indonesia, kita mulai menahan lapar dari jam 3 dini hari sampai jam 10 malam. Kondisi-kondisi seperti itu yang membuat saya kangen dengan Indonesia, dengan kampung halaman," ujarnya mengenang.
Namun ternyata hal-hal seperti itu yang justru makin melecutkan semangatnya agar bisa secepatnya menyelesaikan studinya di Belanda. Semua mata kuliah dan tugas-tugas dari dosennya tak ada yang tak dia ikuti. Hingga akhirnya, dua tahun kurang dua bulan, Yogi berhasil menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke tanah air dengan meraih IPK 7,7 dari skala 10.
Kembali bekerja di PT RAPP, Yogi mulai menerapkan ilmu-ilmu teknik pengairan yang didapatnya terutama menerapkan sistem Hydraulical Modelling yang lebih canggih di perusahaan yang telah membiayainya hingga meraih gelar Master. Dan kini, bersama satu rekan departemennya, Yogi mulai menjalankan teknologi canggih yang dipelajarinya dari hasil studinya yakni Integrated Catchment Modelling.
Kini, bekerja di perusahaan yang telah memberikan mimpi yang melampaui dari cita-citanya dulu, membuat Yogi ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaannya ini. Kadang, dia bersyukur bahwa dirinya bisa terpilih untuk melanjutkan studi ke negeri Belanda hingga meraih gelar Master. Pasalnya, dia teringat saat kawan-kawan sekelasnya yang bersama-sama mengambil Master heran karena dirinya bisa disekolahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sepertinya, bagi mareka hal seperti itu tak lazim. Soalnya, perusahaan Internasional sekelas RAPP pasti akan mudah merekrut karyawan ahli yang dibutuhkan oleh perusahaan, tapi ini kebalikan karena RAPP justru membiayai karyawannya agar karyawan tersebut bisa ahli di bidang tertentu, yang dibutuhkan oleh perusahaan.
"Mereka bilang, kok mau ya perusahaan Internasional membiayai karyawannya untuk sekolah lagi? Padahal jika perusahaan butuh karyawan expert dengan keahlian tertentu, mereka hanya tinggal merekrut saja ahlinya, begitu kata kawan-kawan saya. Karena itu, saya merasa bersyukur RAPP telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mendalami ilmu," ungkapnya.