Presiden Mahmoud Abbas Tunda Pemilu di Gaza, Gara-gara Hamas Lakukan Boikot
RIAU24.COM - Presiden Mahmoud Abbas menuai banyak kritikan setelah keputusan sepihaknya untuk membatalkan rencana pemilihan legislatif awal Tahun 2021. Kemudian warga Palestina mengikuti pemilihan dewan kota di Tepi Barat pada Sabtu (11/12/2021).
Dilansir dari Tempo, lebih dari 400 ribu warga Palestina memberikan suara untuk memilih 143 anggota dewan kota di Tepi Barat. Tepi Barat sendiri wilayah di mana Otoritas Palestina Abbas punya pemerintahan sendiri yang terbatas.
Pemilihan dewan kota biasanya diadakan setiap empat atau lima tahun. Bahkan dalam proses pemilu yang langka itu diwarnai atas kemarahan warga terhadap Mahmoud Abbas karena membatalkan rencana pemilihan legislatif dan presiden awal tahun 2021.
Namun pemilihan tidak diadakan di Gaza, sebab boikot Hamas yang sedang berseberangan dengan partai Fatah pimpinan Abbas. Penyebabnya, pemimpin berusia 86 tahun itu menunda pemungutan suara di kota-kota besar Tepi Barat, seperti Ramallah, di mana kinerja Fatah akan dilihat sebagai referendum atas kekuasaannya.
"Pemilu ini tidak bisa menjadi alternatif untuk pemilihan legislatif. Kami membutuhkan pemilihan (legislatif), untuk memberikan wawasan kepada kaum muda, dan untuk membuat reformasi, undang-undang, dan perubahan," sebut Ahmad Issa (23 tahun), di luar tempat pemungutan suara di desa Bir Nabala.
Presiden Abbas, posisinya sedang merosot dalam jajak pendapat, memicu kemarahan yang meluas pada April ketika dia membatalkan pemilihan legislatif dan presiden yang dijadwalkan musim panas ini
Saingan Abbas, termasuk Kelompok Hamas, menuding menggunakan sengketa pemungutan suara Yerusalem sebagai alasan untuk membatalkan pemilihan yang menurut jajak pendapat menunjukkan bahwa Abbas dan partainya bakal kalah. Abbas, yang telah memerintah melalui dekrit selama lebih dari satu dekade, menyangkal hal ini.
Seorang juru bicara (Jubir) Hamas, yang memboikot pemilihan kota sebelumnya pada 2012 dan 2017, menyebut dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok itu "menolak untuk berpartisipasi dalam pemilihan parsial yang disesuaikan dengan Fatah, dan dilakukan oleh PA". Mereka juga meminta Abbas untuk menjadwal ulang pemungutan suara musim panas yang dibatalkan
Hamas telah menikmati lonjakan popularitas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak berperang 11 hari dengan Israel pada Mei 2021. Kelompok tersebut memenangkan pemilihan dewan mahasiswa tahun ini di beberapa universitas terkemuka di Tepi Barat, sebuah barometer dukungan yang penting.
Hamas pernah memenangkan pemilihan legislatif terakhir Palestina, pada 2006, yang melahirkan perpecahan politik. Hamas merebut Gaza setelah berperang saudara singkat dengan Fatah pada 2007, dan sudah memerintah daerah kantong pantai sejak itu hingga kini.