5 Cara Belajar Menghilangkan Kebiasaan Menjerit pada Anak
RIAU24.COM - Seringkali perilaku anak yang rewel, tantrum, tidak mau mendengarkan atau membantah seolah menjadi pembenaran bagi orang tua untuk membentak. "Jika mereka tidak dimarahi, mereka tidak akan berhenti atau mereka tidak akan langsung bergerak," kata orang tua tersebut.
Mari kita renungkan bersama, anak dituntut untuk selalu belajar berperilaku baik agar tidak mengecewakan orang tuanya. Namun, bukan hanya anak-anak yang perlu belajar. Sebaliknya, orang tua juga harus belajar mengendalikan emosi agar tidak kehabisan tenaga untuk membentak anaknya. Bagaimana caranya?
Sadarilah bahwa tugas utama orang tua adalah mengelola emosi Anda sendiri. Jadi, dengan memodelkan regulasi emosi, Anda juga dapat membantu anak Anda belajar mengelola emosinya. “Anak-anak belajar empati ketika kita berempati dengan mereka. Mereka belajar meneriaki kita ketika kita meninggikan suara kita pada mereka,” kata Laura Markham, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting .
Berkomitmenlah kepada anak Anda bahwa Anda akan mencoba menggunakan suara yang stabil dan penuh hormat. Biarkan mereka tahu bahwa Anda sedang belajar dan mungkin membuat kesalahan, tetapi Anda sedang berusaha untuk menjadi lebih baik.
Ingatlah bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa. Mereka belum bisa berpikir seperti Anda. Otak korteks frontal mereka belum sepenuhnya berkembang sebelum usia 25 tahun. Jadi, emosi mereka masih sering membanjiri mereka dan membuat mereka tidak bisa berpikir jernih.
Berhentilah mengumpulkan emosi negatif yang dapat membuat Anda meledak setiap saat. Anak yang rewel mungkin hanya menjadi salah satu penyebab iritasi Anda. Jadi, agar tidak lepas dari 'meludahkan' emosi yang menumpuk di hadapannya, maka segera istirahatkan diri Anda begitu emosi negatif sudah terasa.
Berempati dengan anak Anda ketika mereka mengekspresikan emosi mereka—apa pun itu—bahkan ketika mereka mengamuk atau menangis. Ini akan memungkinkan mereka untuk belajar menerima perasaan mereka sendiri, yang merupakan langkah pertama dalam belajar mengelolanya. "Begitu anak dapat mengelola emosinya, mereka dapat mengatur perilakunya," kata Laura. Ini akan membuat mereka tidak mendapat masalah.