RIAU24.COM - Radang usus buntu atau apendisitis menjadi kekhawatiran karena sering menimbulkan kondisi gawat darurat medis. Kondisi ini terjadi ketika usus buntu mengalami peradangan dan pembengkakan, yang jika tidak ditangani, dapat menimbulkan komplikasi serius.
Dikutip dari Cleveland Clinic, apendisitis adalah kondisi saat usus buntu mengalami peradangan. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri akut di perut bagian bawah.
Usus buntu sendiri adalah organ kecil berbentuk tabung, seukuran jari, yang menempel di ujung kanan bawah usus besar. Terkadang, pergerakan feses dalam usus besar dapat menyumbat atau menginfeksi usus buntu, menyebabkan peradangan.
Peradangan ini membuat usus buntu membengkak, dan jika pembengkakan semakin parah, usus buntu bisa pecah. Pecahnya usus buntu adalah keadaan darurat medis karena dapat berisiko menyebarkan bakteri dari dalam usus ke seluruh rongga perut, memicu infeksi yang dikenal sebagai peritonitis.
Kasus radang usus buntu akut paling sering terjadi pada usia 10 hingga 30 tahun, dengan insiden tinggi di kalangan remaja. Meskipun anak-anak yang lebih muda juga dapat mengalaminya. Gejala yang paling umum dari apendisitis meliputi nyeri perut, mual, dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala ini sering kali mengikuti pola tertentu yang memudahkan identifikasi apendisitis.
Letak dan ukuran usus buntu membuatnya rentan tersumbat dan terinfeksi. Usus besar menjadi habitat bagi banyak bakteri, dan ketika terlalu banyak bakteri terperangkap dalam usus buntu, bakteri tersebut dapat tumbuh berlebihan dan menyebabkan infeksi.
Berikut penyebab umum peradangan, pembengkakan, penyumbatan, dan infeksi usus buntu:
1. Tinja Mengeras
Endapan tinja yang keras, yang dikenal sebagai fecalith, appendicolith, atau batu usus buntu, dapat tersangkut di dalam lubang usus buntu. Endapan ini membawa bakteri dan juga dapat menjebak bakteri yang sudah ada di dalam usus buntu.
2. Hiperplasia Limfoid
Sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh membantu melawan infeksi dengan memproduksi dan melepaskan sel darah putih ke jaringan tubuh.
Kondisi ini bisa menyebabkan jaringan limfoid dalam usus buntu membengkak, bahkan ketika infeksi awal berada di tempat lain dalam tubuh. Pembengkakan jaringan ini dapat menghalangi usus buntu dan menyebabkan infeksi.
3. Radang Usus Besar
Peradangan pada usus besar, baik akibat infeksi atau penyakit radang usus, dapat memengaruhi usus buntu.
Infeksi atau peradangan ini dapat menyebar ke usus buntu atau mengiritasinya, memicu radang usus buntu.
4. Riwayat Keluarga
Memiliki riwayat keluarga dengan radang usus buntu tampaknya juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa, meskipun alasan pastinya belum diketahui.
Walaupun radang usus buntu sendiri tidak bersifat turunan, faktor genetika diduga berperan dalam beberapa mekanisme penyebabnya.
5. Faktor Makanan
Faktor makanan juga dikaitkan dengan risiko radang usus buntu. Ada laporan langka mengenai biji atau kacang yang tidak tercerna yang tersangkut di lubang usus buntu, yang kemudian menyebabkan peradangan.
Namun, secara umum, konsumsi serat yang cukup dipercaya dapat membantu mengurangi risiko radang usus buntu. ***