Kisah Kusni Kasdut, Dari Pejuang Kemerdekaan Menjadi Perampok Museum Gajah
Ketekunan mencari dana revolusi itu membuatnya dijuluki Si Kancil. Konon, dalam aksinya mencari dana, Kusni laksana “Robin Hood.” Harta yang didapat tak seluruhnya diberikan untuk revolusi, tapi juga untuk membantu kaum miskin.
“Kisahnya begini. Ketika perang kemerdekaan lelaki asal Blitar ini bergerilya bersama gerakan rakyat di daerahnya sendiri. Beberapa waktu kemudian ia yang di zaman Jepang sempat belajar sampai kelas dua Sekolah Teknik itu, bergabung dengan Tentara Pelajar pimpinan Mas Isman (sekarang Mayjen) tokoh Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro). Satu waktu pemerintah mengadakan rasionalisasi angkatan bersenjata. Nasib sial menghadang Kusni. Dia termasuk seorang di antara 500 eks TP yang harus bèrhenti,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Dijual: Mebel Buatan Kusni Kasdut (1977).
“Alasannya tak diberitahu, pokoknya saya jadi susah, urainya. Beberapa kali Kusni mondar-mandir ke Jakarta menghubungi instansi yang tugasnya memang menyalurkan tenaga bekas pejuang. Tapi hasilnya kosong. Yang ada cuma janj-janji saja, padahal waktu itu saya sudah berkeluarga. punya anak satu. Habis akal, bersama beberapa kawannya melakukan pemerasan di Surabaya. Beberapa kali nasibnya mujur.”