Alami Krisis Kertas dan Anggaran, Seluruh Murid Sri Lanka Gagal Ikuti Ulangan Semester
RIAU24.COM - Sri Lanka telah membatalkan ujian sekolah untuk jutaan siswa setelah kehabisan kertas cetak. Negara tersebut memang tengah menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya pada 1948. Krisis ini datang hanya 3 hari setelah protes massal berujung anarki yang terjadi di kantor pemerintahan di Kolombo. Dalam protes tersebut, masyarakat maupun partai oposisi mendesak Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, turun dari jabatannya,
Otoritas pendidikan mengatakan pada Sabtu (19/3), ujian semester yang dijadwalkan seminggu dari Senin, ditunda tanpa batas waktu karena negara kehabisan kertas, yang disebabkan Sri Lanka kekurangan dana untuk melakukan impor.
“Kepala sekolah tidak dapat mengadakan ujian karena pencetak tidak dapat mengamankan devisa untuk mengimpor kertas dan tinta yang diperlukan,” ujar Departemen Pendidikan Provinsi Barat Sri Lanka kepada The Guardian, Minggu (20/3).
Sumber-sumber resmi mengatakan, masalah itu dapat membatalkan ujian untuk sekitar dua pertiga dari 4,5 juta siswa di negara itu. Tes semester adalah bagian dari proses penilaian berkelanjutan untuk memutuskan apakah siswa dapat melanjutkan studinya ke kelas berikutnya pada akhir tahun.
Krisis ekonomi yang melemahkan yang disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa untuk membiayai impor penting, telah membuat negara ini kehabisan makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Negara Asia Selatan yang kekurangan dan berpenduduk 22 juta itu mengumumkan pada Minggu ini, bahwa mereka akan mencari dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menyelesaikan krisis utang luar negeri yang memburuk dan menopang cadangan eksternal.
IMF pada Jumat lalu (18/3) mengatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan permintaan Rajapaksa untuk membahas kondisi bailout-nya.