2.500 Orang Tewas Akibat Serangan Rusia, Mayat Disimpan di Ruang Bawah Tanah
"Dia memiliki paspor Rusia, kewarganegaraan Rusia, banyak medali," kata Alexander (57), menunjuk ke tempat terbuka di mana tubuh ibu istrinya terbaring untuk saat ini, melansir Reuters 21 Maret.
"Ibu mertua saya lahir pada tahun 1936. Dia selamat melalui pengepungan Leningrad. Dia adalah pekerja terhormat budidaya ikan di Federasi Rusia. Jadi di situlah dia berada," paparnya
Para pejabat di Mariupol mengatakan 2.500 orang telah tewas sejak pasukan Rusia menyerbu melintasi perbatasan Ukraina pada 24 Februari. Sementara itu, Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan pada Hari Jumat, sekitar 35.000 penduduk telah berhasil meninggalkan kota dalam beberapa hari terakhir, banyak dengan berjalan kaki atau dalam konvoi mobil pribadi, saat penembakan Rusia reda selama beberapa saat.
Mereka yang pergi kadang-kadang hampir putus asa, kedinginan dan kecemasan akan meningkatnya jumlah korban jiwa.
"Saya merasa tidak enak. Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun, tetapi saya jijik dan takut. Dan saya kedinginan. Aku hanya tidak punya kata-kata. Aku tidak siap untuk hidupku menjadi seperti ini," tutur seorang wanita bernama Olga.
Rusia membantah menargetkan warga sipil dan menuduh Kyiv menggunakan mereka sebagai tameng manusia, sesuatu yang disangkal oleh pejabat Ukraina. Mariupol dipandang sebagai hadiah strategis bagi penjajah Rusia untuk membuat jembatan antara Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014, dan dua kantong separatis di Ukraina timur.