2.500 Orang Tewas Akibat Serangan Rusia, Mayat Disimpan di Ruang Bawah Tanah
Sebuah rumah sakit bersalin dibom minggu lalu, membuat pasien melarikan diri ke jalan. Sebuah teater yang digunakan untuk melindungi keluarga yang dipaksa keluar dari rumah mereka juga terkena serangan, meskipun kata "anak-anak" ditulis di luar dengan huruf yang cukup besar untuk dibaca oleh pilot (pesawat tempur Rusia).
Rasa solidaritas di antara warga yang takut akan nyawanya pun mulai terasa. Orang asing menerima orang asing lainnya. "Kami menghabiskan dua hari di ruang bawah tanah. Dia tidak bisa bergerak. Saya pikir dia tidak akan selamat," tutur seorang warga setengah baya, menunjuk ibunya yang sudah lanjut usia.
"Kemudian kami berhasil meninggalkan ruang bawah tanah. Ini pertama kalinya saya melihat orang-orang ini. Tapi mereka melindungi kami. Dan di sini kami duduk di sini, ditutupi selimut. Di sini sangat dingin. Kami hanya ingin pulang. Anak-anak, lihatlah, tidak mengerti."
"Jangan khawatir, sayangku. Semuanya akan baik-baik saja," tukas seorang ibu muda tanpa senyum, memeluk kedua anaknya yang masih sekolah.
Di halaman, sekelompok pria berkeliaran tanpa tujuan, mengamati bangunan-bangunan yang hancur. Dan di sekitar mereka tergeletak mayat-mayat. Satu-satunya penanda pengenal adalah secarik kertas, yang ditambahkan pada salib sementara, masing-masing bertuliskan nama dan tanggal lahir dan mati. Dan tidak ada indikasi kapan mereka akan dikumpulkan.