Pernah Terjadi di Indonesia, Aslinya Pahlawan Tapi Dicap Penghianat
RIAU24.COM - Aksi merebut kemerdekaan di era kongsi dagang atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tak selamanya di anggap masyarakat adalah baik.
Perkara itulah yang menimpa Sultan Bone 1672-1696, Arung Palakka dikutip dari sindonews.com.
Dia dipandang sebagai penghianat karena bersekongkol dengan VOC. Terutama ketika dirinya memimpin kerajaannya merebut kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada 1666.
Setelah merdeka dari Kerajaan Goa, Arung Palakka juga menjadikan Bugis sebagai kekuatan maritim besar bersama Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama 1 Abad.
Kondisi seperti itu membuatnya dipandang sebagai pemberontak sekaligus pengkhianat.
Tuduhan ini bermula di masa pemerintahan ayahnya, Kerajaan Bone ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa dan statusnya tidak lagi menjadi kerajaan yang merdeka.
Kala itu, raja beserta keluarganya dibawa ke Makassar sebagai tahanan dan diperlakukan seperti budak.
Keluarganya dipekerjakan sebagai pelayan di istana Karaeng Pattingalloang, mangkubumi Kerajaan Gowa.
Kala itu, Palakka berusia 11 tahun. Sang pangeran sudah menjadi tawanan Kesultanan Gowa di Makassar.
Sebagai tawanan, ruang geraknya sangatlah terbatas. Hatinya berontak, impian untuk bisa melepaskan diri dari kekuasaan Gowa selalu tertanam di hati dan pikirannya.
Akhirnya cita-cita itu bisa terwujud meskipun dengan pertaruhan yang amat besar. Arung Palakka terpaksa bekerjasama dengan Belanda membebaskan rakyat Bone dari penjajahan Gowa.