Di Sinilah Pakaian Bekas dan Tak Terjual Berakhir, Bikin Sakit Mata
RIAU24.COM - Segunung pakaian bekas termasuk sweater Natal dan sepatu bot ski benar-benar merusak pemandangan di Atacama Chili.
Dampak sosial dari konsumerisme yang merajalela di industri pakaian - seperti pekerja anak di pabrik atau upah yang tidak pantas - sudah dikenal luas, tetapi dampak buruknya terhadap lingkungan kurang dipublikasikan.
Chili sudah lama menjadi pusat pakaian bekas dan pakaian tidak terjual, dibuat di China atau Bangladesh dan melewati Eropa, Asia atau Amerika Serikat sebelum tiba di Chili, di mana nantinya dijual kembali di sekitar Amerika Latin.
Sekitar 59.000 ton pakaian tiba setiap tahun di pelabuhan Iquique di zona bebas Alto Hospicio di Chili utara.
"Pakaian ini datang dari seluruh dunia," Alex Carreno, mantan karyawan di area impor pelabuhan, mengatakan kepada AFP.
"Apa yang tidak dijual ke Santiago atau dikirim ke negara lain tetap berada di zona bebas karena tidak ada yang membayar tarif yang diperlukan untuk mengambilnya."
"Masalahnya adalah pakaian tersebut tidak dapat terurai secara hayati dan memiliki produk kimia, sehingga tidak diterima di tempat pembuangan sampah kota," kata Franklin Zepeda, pendiri EcoFibra, sebuah perusahaan yang membuat panel insulasi menggunakan pakaian bekas.