Krisis Biaya Hidup Mendorong Banyak Perempuan Inggris Menjadi Pekerja Seks
RIAU24.COM - Perempuan dipaksa menjadi pekerja seks dalam upaya bertahan untuk menghasilkan uang di tengah krisis biaya hidup. Kenaikan biaya hidup akibat inflasi membuat banyak perempuan di Inggris dilaporkan menjual diri menjadi pekerja seks agar dapat bertahan hidup.
Fenomena ini tercermin dari kenaikan jumlah laporan ke sejumlah organisasi bawah tanah untuk pekerja seks di Inggris, termasuk English Collective of Prostitutes. Organisasi yang berbasis di London utara, yang memiliki saluran bantuan dan pusat nasional di beberapa kota besar, menyarankan para pekerja seks tentang cara menjaga diri mereka tetap aman.
Juru bicara English Collective of Prostitutes, Niki Adams, mengatakan kepada Sky News bahwa telepon ke organisasinya meningkat sepertiga pada musim panas ini. "Krisis biaya hidup saat ini membuat perempuan memilih menjadi pekerja seks dengan berbagai cara, entah di jalanan, di tempat tertentu, atau secara virtual," kata Adams seperti dikutip Evening Standard, Rabu (24/8/2022)
"Secara keseluruhan yang kami lihat adalah masyarakat bekerja di bidang itu karena putus asa." Adams pun mengaku khawatir karena kondisi tersebut membuat para perempuan itu lebih sulit melindungi diri mereka dari kekerasan dan eksploitasi.
Tak hanya Adams, CEO lembaga pendukung pekerja seks MASH, Annie Emery, juga mengakui lebih banyak perempuan yang menghubunginya untuk menjadi PSK demi bisa hidup dan mendapatkan tempat tinggal.
Emery juga mengatakan kenaikan biaya hidup di Inggris membuat perempuan, pengasuh tak dibayar, dan pekerja dengan kontrak nol-jam berada dalam situasi yang sulit. "MASH berdiri selama 30 tahun dan kami khawatir kami mulai kembali berhubungan dengan perempuan yang sebenarnya sudah lepas dari bidang pekerja seks bertahun-tahun lalu," katanya.
Ia lantas berkata, "Jelas bahwa kesulitan finansial mereka membuat perempuan memiliki opsi yang terbatas." Saat ini, Inggris memang sedang berhadapan dengan inflasi. CNBC melaporkan bahwa pada Juli, indeks harga konsumen di Inggris mencapai 10,1 persen.
Tak hanya itu, Citi, perusahaan layanan finansial Amerika Serikat, menyatakan inflasi di Inggris bakal mencapai 18 persen pada awal tahun depan. Salah satu penyebab inflasi di Inggris saat ini adalah kenaikan harga minyak dan gas setelah penguncian (lockdown) akibat Covid-19. Masalah energi itu diperparah dengan perang Rusia-Ukraina. (Mer)