Tragedi Peru 1958, Peristiwa Paling Berdarah di Stadion Sepak Bola
RIAU24.COM - Sampai saat ini jumlah korban tewas akibat tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022 malam dilaporkan telah bertambah.
Untuk saat ini jumlah korban tewas dilaporkan setidaknya 129 orang dikutip dari kompas.tv.
Jumlah tersebut membuat insiden laga antara Arema FC vs Persebaya menjadi tragedi paling berdarah kedua sepanjang sepak bola.
Tragedi berdarah pertama yakni peristiwa Olimpiade Peru-Argentina. Kala itu 320 orang dinyatakan tewas dan lebih dari 1.000 terluka saat terinjak-injak.
Cerita diawali pada 26 Mei 1964, di Stadion Nasional Lima, Peru. Kala itu laga antara Peru melawan Argentina pada kualifikasi Olimpiade akan segera tersaji.
Sesaat sebelum laga usai atau tepatnya enam menit sebelum laga berakhir, 40 ribu penonton di stadion mengamuk.
Alasannya karena wasit menganulir gol penyama kedudukan tuan rumah yang kala itu Peru tertinggal 0-1 dai Argentina.
Pendukung yang marah mendobrak penghalang dan mengerumuni lapangan.
Kondisi itu membuat ratusan penonton remuk terinjak-injak saat kerumunan yang panik menyerbu ke arah pintu keluar untuk menghindari polisi, gas air mata dan anjing.
Dalam kerusuhan itu, anak-anak dan perempuan terlempar ke tanah, tetapi massa yang tak terkendali terus berdatangan.
Beberapa orang mendobrak bagian pagar kawat yang mengelilingi lapangan dan membakar bangku-bangku serta teras.
Sebagian massa membakar bus dan mobil, tetapi berhamburan ketika polisi menunggang kuda, yang menjadi bala bantuan untuk polisi stadion yang kalah jumlah muncul.
Jumlah korban tewas pun diperkirakan mencapai 320 orang. Usai laga, Pemerintah Peru mengeluarkan dekrit hari berkabung nasional.