APRIL Group Perbaiki Hutan Rawa Gambut, Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan Signifikan
RIAU24.COM - Program restorasi dan konservasi lahan gambut terbesar di Sumatera, Restorasi Ekosistem Riau (RER), kembali mencatatkan berbagai kemajuan pada tahun ketujuh pelaksanaan.
Kemajuan yang dimaksud terkait upaya menjaga dan melindungi lahan gambut. Lahan ini merupakan habitat bagi flora dan fauna yang dilindungi.
Pencapaian upaya restorasi ekosistem di hutan rawa gambut dirangkum dalam Laporan Kemajuan RER 2020. Laporan tersebut dipublikasikan bertepatan dengan perayaan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia atau World Environment Day tiap 5 Juni.
Untuk diketahui, RER merupakan program restorasi ekosistem yang diinisiasi produsen pulp dan kertas Grup APRIL sejak 2013.
Grup APRIL termasuk bagian dari Grup Royal Golden Eagle (RGE) yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam (SDA) dan beroperasi secara global.
Melalui RER, Grup APRIL berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengonservasi ekosistem di lahan gambut.
Tak hanya itu, RER turut andil dalam menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati di konsesi seluas 150.693 hektare (ha) di Riau. Besaran lahan tersebut setara dengan luas kota London.
Pencapaian RER sesuai Laporan Kemajuan 2020 Dalam kesempatan tersebut, External Affairs Director RER Nyoman Iswarayoga menyampaikan beberapa hal penting atas pencapaian pihaknya dalam Laporan Kemajuan RER 2020.
Pertama dan kedua, peningkatan inventarisasi flora serta fauna. Ketiga, kesuksesan menjaga hutan restorasi dari kebakaran selama tujuh tahun berturut-turut.
Keempat, prakarsa penelitian keanekaragaman hayati.
“ Serta mendukung penyelamatan Harimau Sumatera (bernama) Corina,” papar Iswarayoga.
Iswarayoga menjelaskan, RER berhasil mengidentifikasi 823 spesies flora dan fauna di dalam kawasan restorasi hingga 2020. Jumlah ini bertambah 26 jenis dibandingkan tahun sebelumnya.
Rinciannya adalah 76 spesies mamalia, 308 spesies burung, 101 spesies amfibi dan reptil, 192 spesies pohon, 89 spesies ikan, serta 57 spesies serangga (Odonata) di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
Dari angka tersebut, imbuh dia, sebanyak 66 spesies terdaftar di Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Sebanyak 39 spesies masuk kategori rentan dan 17 spesies dalam kategori hampir punah.
Kemudian, 10 spesies masuk kategori terancam punah. Terdapat pula 115 spesies yang masuk dalam daftar Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Sementara itu, sebanyak 99 spesies tercatat sebagai varietas yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia.
Selain peningkatan inventarisasi flora dan fauna, RER ikut terjun menjadi bagian dari usaha Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) Republik Indonesia (RI) dalam melepasliarkan Harimau Sumatera bernama Corina.
Sebelumnya, Corina ditemukan terjerat di kawasan perkebunan warga di Semenanjung Kampar yang berbatasan dengan area RER pada Maret 2020.
Area restorasi RER terpilih menjadi lokasi pelepasliaran Corina setelah melalui berbagai kajian.
Pengkajian ini termasuk mempertimbangkan kondisi alamiah hutan, keberadaan satwa mangsa, perlindungan aktif, serta kemungkinan interaksi antara masyarakat dan harimau yang dirasa cukup kecil.
Pada 2020, RER juga menyelesaikan survei pertama Odonata dari empat survei yang direncanakan.
Survei ini berhasil mengidentifikasi 57 spesies capung dan capung jarum di kawasan RER Semenanjung Kampar.
Adapun sembilan di antaranya tercatat sebagai spesies yang keberadaannya pertama kali terekam di Provinsi Riau.
Sementara itu, empat di antaranya pertama kali terekam di Pulau Sumatera dan satu spesies, yakni Amphicnemis bebar, sebagai varietas pertama yang tercatat di Indonesia.
Peran penting RER lainnya adalah pemantauan migrasi burung raptor yang telah terekam sebanyak 302 penampakan burung.
Melalui Asian Waterbird Census (AWC), RER dapat memantau 440 burung dengan delapan spesies yang berbeda dalam sehari.
Adapun penelitian itu semakin memperkuat peran RER sebagai kawasan restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati.
Bahkan, selama tujuh tahun terakhir, area RER di Semenanjung Kampar tercatat tidak mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Pencapaian tersebut dapat berjalan berkat komitmen kuat dalam upaya restorasi, perlindungan hutan, serta pelibatan langsung masyarakat di dalamnya. ***