Dilema Pelarangan Thrifting Bagi Anak Muda di Semarang: Bakal Susah, Kita Suka Barang Bagus dengan Harga Murah
Bahkan kualitasnya jauh lebih baik dibanding pakaian baru jenis fast fashion.
“Misalnya beli pakaian yang harga Rp 35.000-an itu bahannya jelek banget, panas, kualitas enggak oke sama sekali, terus banyak yang ngembarin lagi, jadi ya mending nge-thrift,” bebernya.
Perempuan asal Kudus itu juga mengaku bila bosan dengan pakaiannya, ia menyumbangkan atau memberikan kepada sanak saudara karena kualitas pakaian miliknya terbilang bagus dan layak.
“Nah kalau yang baju lokal yang murah under Rp 50.000 gitu gampang rusak, kalau aku bosen atau robek gitu ya dibuang atau buat lap keset di rumah,” imbuhnya.
Sebagai penyuka thrifting, ia melihat tren itu kini merembet ke produk tas dan sepatu bekas bermerek. Sehingga akan sulit meniadakan bisnis thrifting yang justru semakin diminati.
"Bakal susah sih itu, mesti masih banyak yang umpet-umpetan. Mana sekarang lagi marak banget thrifting, enggak cuma baju, ada sepatu, tas, dan lainnya. Ya gimana ya namanya juga orang Indonesia suka barang bagus harga murah,” katanya.