Pabrik Uranium Rusia Meledak, Warga Waswas Radiasi Nuklir
RIAU24.COM - Sebuah pebarik pengayaan uranium di Ural, Rusai meledak ada Jumat (14/7) hingga memicu kekhawatiran soal kebocoran radiasi ke wilayah sekitar situs tersebut.
Perusahaan pelat merah pengayaan uranium sekaligus pemilik pabrik, Rosatom memeberikan klarifikasi ledakan terjadi sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.
Rosatom sampai mengeluarkan penyataan soal risimo pencemaran radiasi akibat insiden tersebut.
"Sebuah silinder dengan uranium heksafluorida yang sudah habis mengalami penurunan tekanan di sebuah bengkel di Ural Electrochemical Combine di Novouralsk," bunyi pernyataan Rosatom pada Jumat (14/7).
Kantor berita pemerintah Rusia, RIA Novosti, melaporkan satu orang telah meninggal dunia akibat insiden tersebut. Namun, menurut layanan darurat, tingkat radiasi di fasilitas tersebut normal.
Rosatom mengatakan, insiden itu segera diatasi dan menambahkan bahwa tidak ada risiko bagi orang-orang yang tinggal di dekat pabrik.
"Pabrik sedang dibersihkan. Selebihnya beroperasi secara normal," kata perusahaan itu.
Pabrik pengayaan uranium terbesar di dunia itu mengatakan lebih dari 100 pekerjanya telah mendapat perawatan dan obeservasi di rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah terpapar radiasi atau tidak.
Rosatom mengatakan para pekerja yang ada di lokasi saat ledakan diperiksa di Central Clinical Hosputal No.31 Federal Medical-Biological Agency of Russia.
"Kami lega untuk melaporkan bahwa seluruh pekerja yang sempat diobeservasi di RS telah pulang setelah menjalani perawatan dekontaminasi. Kesehatan mereka tidak terancam," kata Rosatom menambahkan seperti dikutip Newsweek.
Uranium hexafluoride adalah bahan kimia yang digunakan selama proses pengayaan uranium.
Sementara itu, media Rusia sering menggunakan eufemisme seperti ledakan keras atau tekanan rendah, bukannya ledakan.
Hal ini diduga untuk menghindari kepanikan dan untuk mempertahankan lanskap informasi yang menguntungkan.
"Pengukuran radiasi latar belakang dilakukan di lokasi. Jumlahnya mencapai 0,17 mikrosieverts, yang sesuai dengan nilai alamiah," tambahnya.
Rata-rata global radiasi latar belakang yang terjadi secara alami adalah 0,17-0,39 microsieverts per jam, Reuters sebelumnya melaporkan, mengutip Asosiasi Nuklir Dunia.
(***)