Perubahan Iklim Mengancam Karya Seni dan Patung Tiongkok Kuno
"Lonjakan kelembaban, banjir bandang, dan gua sudah terjadi," kata Li Zhao, seorang peneliti senior di kantor Greenpeace Asia Timur Beijing. Li juga berbicara tentang bagaimana peningkatan serangan curah hujan menimbulkan risiko akut.
"Sementara kami masih bekerja untuk mendokumentasikan, memahami, dan melestarikan potongan-potongan sejarah kami, mereka larut di depan mata kami. Ini adalah kenyataan yang menyakitkan dari dampak perubahan iklim," kata peneliti senior, dalam sebuah pernyataan.
Li menyatakan keprihatinan ketika dia mengatakan bahwa ini terjadi pada gua-gua yang terdaftar di UNESCO yang merupakan salah satu situs warisan yang didanai terbaik dan dipantau secara ketat di China, tetapi ada ratusan lainnya yang kurang didanai, situs yang kurang dipelajari di seluruh China yang menghadapi risiko yang sama.
Ini juga terjadi ketika China berada di tengah-tengah melakukan survei warisan budaya nasional tetapi peneliti Greenpeace mengatakan prosesnya mungkin memakan waktu bertahun-tahun dan pada saat itu beberapa harta negara sudah bisa hilang.
Friends of Nature, sebuah kelompok lingkungan Beijing, bulan lalu mengatakan bahwa tingkat curah hujan yang lebih tinggi di provinsi Shanxi, China utara, telah menyebabkan kerusakan pada bangunan kuno, beberapa di antaranya berusia lebih dari 1.000 tahun.
Dua situs warisan nasional di provinsi China, Kuil Jinci dan gua-gua Tianlongshan, runtuh sementara menara dan tembok tua di Shanxi telah mengalami kerusakan akibat hujan lebat yang tidak biasa, kata kelompok lingkungan itu, menurut Reuters.