Pakar Farmasi Sentil Viral Obat Demam Anak Jadi Camilan: Ngawur!
RIAU24.COM - Viral unggahan di Twitter tentang obat pereda demam anak dijadikan camilan. Pengunggah cuitan tersebut pun mengaku menyetok obat untuk dijadikan camilan lantaran rasanya yang manis.
Merespons hal itu, pakar farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati mengatakan menjadikan obat tersebut sebagai camilan adalah tindakan yang salah.
"Ngawur," ucapnya, dikutip dari akun Instagramnya atas izin yang bersangkutan, Kamis (10/8/2023).
Prof Zullies menjelaskan bahwa obat tersebut mengandung asam asetilsalisilat (asetosal) untuk meredakan demam dan nyeri atau radang.
Meski rasanya manis seperti buah, obat tersebut tetap saja bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan.
"Obat ini ditujukan untuk mengatasi nyeri atau demam untuk anak-anak, makanya dibuat dalam bentuk tablet kunyah dengan rasa jeruk agar anak-anak mau minum obat. Karena ini adalah obat, tentu saja ada efek-efek berbahaya jika digunakan tidak semestinya," ucapnya lagi.
Adapun efek samping obat demam anak menurut Prof Zullies bisa menyebabkan iritasi lambung, perdarahan lambung, atau bahkan meningkatkan risiko perdarahan di organ lain.
Selain itu, kandungan asetosal 80-150 mg yang terdapat pada obat demam anak juga biasa digunakan untuk obat pengencer darah pada pasien stroke atau jantung iskemik, untuk mengurangi risiko sumbatan pembuluh darah karena bekuan darah.
"Dosis maksimalnya memang cukup tinggi, sekitar 4 gram sehari, dan mungkin tidak akan langsung menyebabkan kematian. Tetapi jika dipakai sembarangan, bisa menyebabkan gangguan lambung dan meningkatkan risiko perdarahan, misal mimisan, perdarahan lebih sulit berhenti jika terluka, sampai terjadinya melena (feses kehitaman karena perdarahan lambung)," tuturnya.
Karena hal tersebut, ia mengingatkan kepada masyarakat jangan asal konsumsi obat tanpa resep maupun imbauan dari tenaga kesehatan.
"Jadi, please.. jangan asal ya.. obat bukan camilan! Simpan obat di tempat yang aman, agar tidak terjangkau anak-anak, karena mungkin akan dikira permen," sambungnya lagi. ***