Menteri Luar Negeri Thailand Kunjungi Perbatasan Myanmar di Tengah Meningkatnya Ketegangan
RIAU24.COM - Menteri Luar Negeri Thailand, Parnpree Bahiddha-Nukara, memulai kunjungan ke perbatasan Myanmar pada hari Jumat (12 April) setelah bentrokan baru-baru ini antara pejuang junta dan kelompok bersenjata etnis minoritas.
Selama kunjungannya, Menteri Luar Negeri Parnpree akan menilai persiapan untuk mengelola potensi masuknya pengungsi dari Myanmar.
Pertempuran itu mengakibatkan pemindahan pasukan junta dari kubu mereka di Myawaddy di Myanmar.
Terletak di perbatasan dengan Thailand, di seberang kota Thailand Mae Sot, dan merupakan lokasi strategis dan pintu gerbang penting untuk perdagangan antara Myanmar dan Thailand karena memfasilitasi pergerakan barang, orang, dan jasa antara kedua negara.
Konflik tersebut secara khusus berdampak pada kota perbatasan Myawaddy, dengan warga sipil melarikan diri ke Thailand untuk mencari perlindungan dari kekacauan.
Karen National Union (KNU), salah satu kelompok etnis bersenjata paling terkemuka di Myanmar yang mengadvokasi hak-hak dan otonomi rakyat Karen, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pasukan junta yang terlantar terlihat di dekat ujung salah satu jembatan Persahabatan di sisi Myanmar.
Terlepas dari situasi tegang, laporan dari AFP menunjukkan kemiripan ketenangan di sepanjang Sungai Moei.
Sentimen bahagia diungkapkan oleh seorang sopir truk yang tiba di pos pemeriksaan Thailand saat ia merasa lega telah menyeberang kembali ke Thailand dengan selamat.
Sementara itu, junta Myanmar dilaporkan telah mengirim bala bantuan ke Myawaddy sebagai tanggapan atas bentrokan yang meningkat.
Sikap Perdana Menteri Thailand
Memperhatikan krisis yang sedang berlangsung, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin menegaskan kembali sikap negara itu tentang keamanan perbatasan.
Sehubungan dengan bentrokan baru-baru ini di Myawaddy, ia mengatakan bahwa Thailand "tidak akan mengizinkan siapa pun masuk ke wilayah udara kami".
Di tengah perkembangan ini, Thailand sebelumnya mengatakan bahwa negara itu siap menampung hingga 100.000 orang yang melarikan diri dari Myanmar.
(***)