PM Lebanon Ngaku Hadapi Fase Paling Berbahaya Gegara Negaranya Digempur Israel Tanpa Henti
RIAU24.COM - Serangan Israel ke wilayah Lebanon telah membuat sejumlah negara-negara dunia khawatir dengan penduduknya yang tinggal di Negeri Rafic Hariri itu.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati mengatakan bahwa negaranya tengah menghadapi "salah satu fase paling berbahaya dalam sejarahnya". Dia pun mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan bantuan bagi satu juta orang yang mengungsi akibat serangan udara Israel.
"Sekitar satu juta orang rakyat kami telah mengungsi karena perang yang menghancurkan yang dilancarkan Israel di Lebanon," kata Mikati dalam sebuah pertemuan dengan perwakilan PBB seperti dilaporkan media resmi Lebanon, National News Agency, dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/10).
"Kami mendesak untuk meminta lebih banyak bantuan guna memperkuat upaya berkelanjutan kami untuk memberikan dukungan dasar bagi warga sipil yang mengungsi," tambahnya.
Dalam salah satu serangannya pada Selasa (1/10), militer Israel melancarkan serangan terhadap area kamp pengungsi Palestina di Lebanon. Serangan itu disebut menargetkan komandan sayap militer gerakan Fatah dari Palestina yang ada di negara tersebut.
Dituturkan dua sumber keamanan Palestina yang enggan disebut namanya, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (1/10), bahwa serangan udara Israel itu menghantam sebuah bangunan di area kamp pengungsi Ain al-Hilweh, yang dipenuhi pengungsi Palestina, di dekat kota Sidon, Lebanon bagian selatan.
Menurut dua sumber keamanan Palestina itu, serangan tersebut menargetkan Mounir Maqdah yang merupakan komandan Brigade Martir Al-Aqsa, sayap militer gerakan Fatah yang berasal dari Palestina. Kondisi Maqdah sendiri tidak diketahui secara jelas usai serangan itu.
Sementara kelompok Hizbullah juga melancarkan serangan artileri terhadap pasukan Israel di seberang perbatasan, tepatnya di Metula yang ada di wilayah Israel bagian utara. Serangan ini dilancarkan saat militer Israel terus menggempur Lebanon via udara dan melancarkan serangan darat secara terbatas.