Akibat Serangan Iran, Rabi dan Komandan IDF Tewas di Selatan Lebanon, Kondisi Tentara Israel Disebut Sulit
RIAU24.COM - Pasukan penjajahan Israel pada Ahad (27/10) mengumumkan kepada publik bahwa lima tentara cadangannya tewas.
Hal ini disebabkan saat bertempur melawan pejuang Hizbullah di sebuah desa di levbanon selatan pada Sabtu malam (26/10).
Diketahui, seorang Rabim Komandan dan wakil komandan termasuk yang tewas dalam insiden tersebut.
Penambahan jumlah korba atas serangan Hizbullah selaam operasi menjadi 34 orang.
Semua pasukan yang tewas pada Sabtu malam bertugas di Batalyon 8207 Brigade Alon.
Diantaranya Avraham Yosef Goldberg (43 tahun) yang merupakan rabi batalion, Amit Chayut (29) adalah komandan peleton, dan Eliav Amram Abitbol adalah wakil komandan kompi.
Di antara 14 tentara yang terluka, lima diantaranya berada dalam kondisi serius. Sementara tiga anggota Hizbullah gugur dalam baku tembak.
Times of Israel melansir, rincian lebih lanjut mengenai pertempuran tersebut masih dalam penyelidikan, karena IDF menekankan kampanyenya untuk mendorong pasukan Hizbullah menjauh dari perbatasan.
Hizbullah juga melanjutkan serangan lintas batasnya di Israel utara pada Ahad, melukai sedikitnya lima orang dalam serangan pesawat tak berawak dan roket pada sore hari.
Tiga orang terluka di kota Tamra di Arab utara, termasuk seorang wanita dalam kondisi serius, ketika Hizbullah menembakkan sekitar 75 roket ke Galilea dari Lebanon, menurut IDF.
Pertahanan udara Israel juga mencegat beberapa roket, tambah militer, dan dampaknya juga teridentifikasi.
Para korban, termasuk seorang wanita berusia 57 tahun yang terkena pecahan peluru dalam kondisi serius, dan seorang wanita berusia 21 tahun serta seorang gadis berusia 13 tahun yang terluka ringan akibat menghirup asap, dievakuasi ke Rumah Sakit Rambam di Haifa untuk perawatan medis, menurut layanan ambulans Magen David Adom.
Kondisi IDF semakin sulit
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Ahad menyerukan “konsesi yang menyakitkan” untuk menjamin pembebasan tawanan yang ditahan di Jalur Gaza.
“Tidak semua tujuan dapat dicapai melalui cara militer saja; kekuatan bukanlah jawaban atas segalanya,” kata Gallant pada hari peringatan korban tewas dalam serangan Hamas tahun lalu.
“Dalam memenuhi kewajiban etis kami untuk membawa pulang sandera, diperlukan konsesi yang menyakitkan,” tambahnya dilansir the Palestine Chronicle.
Menteri Pertahanan mengakui bahwa perang Gaza yang sedang berlangsung adalah “tantangan yang kompleks dan belum pernah terjadi sebelumnya.”
Gallant mengklaim bahwa Israel telah mencapai “kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” di semua lini, “menyerang musuh kita, dan menciptakan realitas keamanan baru di sekitar kita”.
Namun, pernyataan Gallant muncul di tengah pengumuman tentara Israel bahwa 88 tentara terluka dalam 48 jam terakhir di Lebanon dan 22 tentara tewas selama seminggu terakhir.
Terlebih lagi, medan perang di Gaza, meskipun terjadi kehancuran total dan pemusnahan di bagian utara Gaza, tetaplah sulit seperti sebelumnya.
(zar)