Wanita di China Mendadak Kaku Seperti Kayu usai Dimarahi Bos di Kantor
RIAU24.COM - Seorang wanita yang berusia sekitar 20-an mendadak kaku. Ia tidak bisa makan, minum, bahkan tidak bisa bergerak setelah dimarahi atasannya di tempat kerja.
Wanita yang diidentifikasi sebagai Li dari Provinsi Henan, China tengah, itu tiba-tiba tidak responsif, tidak bisa berbicara, dan tidak bisa bergerak. Terungkap bahwa ini terjadi sebulan setelah Li ditegur pimpinan timnya.
Ternyata, teguran yang diberikan itu menyebabkan rasa tidak bahagia yang berkepanjangan. Saat kondisinya memburuk, kepalanya bisa menggantung di udara jika keluarganya menyingkirkan bantal di bawahnya.
Keluarga Li selalu membantunya, termasuk mengingatkannya untuk menggunakan toilet.
Dikutip dari South China Morning Post, dokter yang merawat Li di Zhengzhou Eighth People's Hospital, Jia Dehuan, menggambarkan kondisi pasiennya itu kaku seperti kayu.
Jia menjelaskan bahwa Li mengalami pingsan katatonik, yakni suatu gejala depresi. Dia mencatat bahwa Li memiliki kepribadian yang tertutup dan berjuang untuk terbuka kepada orang-orang di sekitarnya.
Namun, itu semua berkontribusi pada kondisinya yang lebih parah. Li juga mengakui soal kondisinya dan mulai ingin mengelola kondisi mentalnya dengan lebih efektif.
Dikutip dari Healthline, katatonik atau katatonia adalah gangguan psikomotorik, yang melibatkan hubungan antara fungsi mental dan gerakan yang mempengaruhi seseorang untuk bergerak.
Orang dengan kondisi ini dapat mengalami berbagai gejala, seperti pingsan yang membuat orang tidak bisa bergerak, berbicara, atau menanggapi rangsangan. Namun, beberapa orang dengan kondisi ini mungkin menunjukkan gerakan berlebihan dan perilaku gelisah.
Kasus tersebut pun menimbulkan kehebohan di media sosial. Banyak orang yang mengatakan Li seperti menyiksa dirinya sendiri karena tindakan bosnya.
"Jika pekerjaan Anda terlalu menuntut, lebih baik berhenti daripada menderita dalam diam," komentar seorang pengguna di Douyin.
"Saya juga terkadang merasa stres terkait pekerjaan, tetapi saya tidak dapat berhenti karena mencari pekerjaan lain sangat menantang," tutur yang lainnya.
Di platform media sosial China, seperti Douban, banyak yang mengungkapkan kesulitan mereka dalam mencari pekerjaan dengan gaji yang baik. Bahkan, banyak yang tidak ingin mengundurkan diri meski tuntutan jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berat.
Sebuah survei oleh Chinese Psychological Society tentang kesehatan mental di tempat kerja menemukan, bahwa hingga 4,8 persen karyawan di China mengalami depresi di tempat kerja.
Hampir 80 persen karyawan melaporkan perasaan gelisah di tempat kerja, 60 persen melaporkan kecemasan, dan hampir 40 persen melaporkan gejala depresi, menurut Shangguan News tahun lalu. ***