Menu

Partai Baru ini Paling Ditolak Masyarakat, ini Alasannya

Muhammad Iqbal 22 Mar 2019, 06:02
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM - Berdasarkan rilis survei terbaru yang dikeluarkan Litbang Kompas tentang partai baru yang tidak lolos ke DPR dalam Pemilu 2019. Selain itu, survei tersebut menemukan soal tingkat resistensi atau penolakan masyarakat terhadap partai-partai tersebut.

Dikutip dari viva.co.id dari Harian Kompas, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan partai baru yang paling tinggi tingkat resistensinya di masyarakat yakni mencapai angka 5,6 persen. Setelah itu adalah Partai Perindo dengan tingkat resistensi 1,9 persen, lalu Partai Berkarya 1,3 persen, dan Partai Garuda 0,9 persen.

Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia, Maksimus Ramses Lalongkoe, menjelaskan jika salah satu faktor yang menyebabkan resistensi tinggi terhadap PSI dan parpol baru lain adalah soal komunikasi politik. Secara khusus, Ramses menyoroti figur parpol sebagai komunikator politik.

zxc1

"Komunikator politik ini sangat menentukan sekali bagaimana bisa meyakinkan masyarakat. Ketika komunikator ini kurang mampu meyakinkan masyarakat, atau sikap-sikap mereka misalnya tidak cukup elok, maka masyarakat akan antipati terhadap partai itu. Jadi bukan karena partainya tapi sosok figur," ujar Ramses, Kamis, 21 Maret 2019.

Ramses menambahkan, ketika kader PSI menyampaikan komentar tentang suatu hal yang mengundang kontroversi dan mendapat sentimen negatif di masyarakat, hal itu bisa mempengaruhi elektabilitas dan resistensi terhadap parpol.

zxc2

"Saya pernah membaca bagaimana komentar tokoh PSI terhadap kebijakan Wakil Bupati Bandung. Nah, itu mendapat resistensi di masyarakat. Artinya, medsos juga mempermudah masyarakat dapat informasi, tapi juga mempermudah justifikasi terhadap isu yang ada," jelasnya.

Dijelaskannya lagi, dalam sistem pemilihan di Indonesia, ketika pemilih mencoblos caleg di partai itu, otomatis suaranya masuk ke partai. Dan ketika pemilih mencoblos partai, tidak memilih caleg, maka suaranya masuk ke partai.

"Begitu sistem pemilihan kita. Kekuatan elektabilitas orang sebenarnya menjadi kekuatan partai itu sendiri," tandasnya.