Subhanallah, Begini Kasih Sayang Rasulullah SAW kepada Anak-anaknya
RIAU24.COM - Tak bisa diragukan lagi, sudah begitu banyak contoh baik yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Salah satunya, adalah bagaimana ia bertindak sebagai ayah dan memperlakukan anak-anaknya. Dalam hal ini, Rasulullah SAW selaku berlaku kasih sayang kepada anak-anaknya, tanpa terkecuali.
Gambaran tentang bagaimana Rasulullah SAW memperlihatkan rasa kasih sayangnya kepada anak, menjadi pembahasan dalam Dialog Jumat Republika, Jumat 5 April 2019.
Diceritakan, Fatimah datang untuk menemui ayahnya, Muhammad SAW. Saat melihatnya, Rasulullah segera menyambutnya dan menyatakan selamat datang kepada putrinya itu.
Beliau pun menghampiri Fatimah, menciumnya dan menyuruhnya duduk di tempat yang biasa beliau duduki. Fatimah berlaku sama saat ayahnya berkunjung ke rumahnya.
Sikap Rasulullah terhadap Fatimah menunjukkan betapa besar perhatian dan kasih sayang yang ia tanamkan kepada anaknya.
Perhatian serupa ternyata bukan hanya menjadi monopoli Fatimah. Anak-anak Rasulullah SAW lainnya, juga memperoleh sentuhan sama dari Rasulullah.
Seperti dituturkan Sopian Muhammad dalam bukunya Manajemen Cinta, Rasulullah SAW bahkan menempuh jarak yang jauh untuk menemui salah seorang anaknya, Ibrahim.
Ibu Ibrahim adalah Mariyah al-Qibtiyah, yang sudah meninggal saat Ibrahim masih kecil. Rasul pun kerap datang mengunjunginya, meski tinggal di luar Kota Madinah. Terkadang, hal ini menimbulkan rasa cemburu dari istri lainnya.
Perhatian manusia agung ini terhadap sang anak, juga tak tergerus meski saat dalam keadaan genting. Diriyawatkan, pada suatu ketika Rasulullah hendak bergerak bersama pasukannya ke Perang Badar.
Pada saat bersamaan, salah seorang putrinya, Ruqayah, didera sakit. Rasulullah SAW ingin putrinya itu tak tinggal sendirian di rumahnya dan menanggung rasa sakit tanpa ada yang menunggui.
Karena Rasul harus memimpin pasukan, ia kemudian meminta suami Ruqayah yang juga salah satu sahabatnya, yaitu Usman bin Affan, untuk tinggal menemani istrinya tersebut. Usman menurut dan akhirnya urung ikut bersama Rasulullah ke Perang Badar.
Contoh lainnya, Rasulullah juga pandai menghadirkan kebahagiaan bagi anak-anaknya. Pada suatu ketika, Rasulullah SAW menawarkan calon suami kepada Fatimah yang sudah dianggap pantas menuju pelaminan.
Beliau membawa Ali bin Abu Thalib. Fatimah merasa cocok dengan calon suami yang diajukan ayahnya. Dengan senang hati, ia akhirnya menerima Ali sebagai suami.
Dari pasangan ini, Rasul memperoleh cucu yang disayanginya pula, yaitu Hasan dan Husain.
Sayang Anak Angkat
Tidak hanya kepada anak kandung, kepada anak angkat sekali pun, Rasulullah tetap memberlakukannya dengan penuh kasih sayang.
Sikap ini bisa dilihat dari sikapnya terhadap Zaid bin Haritsah. Semula, Zaid adalah budak yang dihadiahkan Khadijah, lalu diangkat sebagai anak. Saat itu Zaid berusia delapan tahun.
Pada awalnya, kesedihan sering melanda Zaid karena selalu teringat kedua orang tuanya. Perilaku lembut Rasulullah akhirnya membuat Zaid menjadi nyaman. Ia memperoleh curahan kasih sayang yang besar.
Terkait hubungan ayah dan anak angkatnya ini, istri Rasulullah SAW, Aisyah, pernah meriwayatkannya.
Suatu hari, ujar Aisyah, Zaid berkunjung ke Madinah dan kebetulan Rasulullah sedang berada di rumahnya. “Setelah ia mengetuk pintu, Rasulullah berdiri dan menghampirinya, lalu dipeluk dan diciumnya.”
Sebaliknya, Rasul tak mengajari anak-anaknya bergantung pada harta dan memanfaatkan strata sosial sebagai sumber kebahagiaan.
Secara umum, Rasul mempunyai cinta yang besar kepada anak, bukan hanya kepada anaknya sendiri, melainkan juga anak lainnya. Misalnya, terhadap anak-anak kecil.
Diriwayatkan, Nabi Muhammad SAW mempercepat salatnya jika mendengar tangisan bayi, sebab tak ingin ibu si bayi diserang kegelisahan.
Di mana saja bertemu dengan anak kecil, Muhammad SAW mengusap dan menciumnya. Ini berlaku pula pada kedua cucunya, Hasan dan Husein. Ia mencium kedua cucunya itu di hadapan al-Aqra bin Habis, yang kemudian merasa heran dan berkata, “Ya Rasul, saya mempunyai sepuluh anak, tak seorang pun yang pernah aku cium.”
Mendengar pernyataan al-Aqra, Rasul memandanginya dan menegaskan, “Siapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya tidak akan dirahmati Allah.”
Di lain waktu, seorang Badui mendatangi beliau dan menyatakan, “Kalian suka benar mencium anak, sedangkan kami tak pernah melakukan hal serupa itu.”
Segera saja Rasulullah meresponsnya, “Apakah yang hendak kukatakan bila rahmat sudah hi lang tercerabut dari hati sese orang?” Demikian pernyataan Rasulullah yang dikisahkan oleh Ai syah mengenai kasih sayangnya kepada anak. Subhanallah.... ***