RIAU24.COM - TEHERAN - Sikap Presiden Donald Trump yang bersikukuh menjual senjata kepada Arab Saudi mendapat reaksi keras dari Iran. Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif menuding Amerika Serikat telah bersikap munafik.
Ia menilai Presiden Trump telah menutup mata atas tewasnya 3.000 warga AS akibat serangan teror 11 September 2001 atau 9/11, di mana sebagian besar para tersangkanya diidentifikasi sebagai warga Saudi.
"Membunuh 3.000 lebih orang Amerika tetapi tetaplah klien AS dan Anda dapat memiliki senjata nuklir, bahkan mendapatkan bantuan untuk memperolehnya," kata Zarif di Twitter.
Pernyataan itu merujuk pada fakta bahwa 15 dari 19 pembajak pesawat dalam serangan 9/11 adalah warga Saudi. Para pembajak pesawat itu berafiliasi dengan al-Qaeda.
"Tetapi menolak untuk tunduk pada keinginan #B_Team," lanjut tweet Zarif, mengutip ungkapan yang telah ia ciptakan untuk menggambarkan Bolton dan para pemimpin Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Anda bahkan tidak dapat memiliki energi nuklir yang damai. Tampaknya bukan masalah bahwa 'Iran membunuh ISIS' sementara klien AS mempersenjatai itu," imbuh Zarif, dikutip sindonews dari Newsweek, Kamis (1/8/2019).
Menlu Zarif membuat komentar itu ketika merespons video klip di Twitter dari Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton di Young America's Foundation, di mana ia memuji keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik AS dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran pada tahun lalu.
Bolton berpendapat perjanjian itu "gagal sama sekali dalam mencegah rezim para Mullah memperoleh senjata nuklir". Sebutan para Mullah itu merujuk pada orang-orang Islam Iran yang berpendidikan tinggi.
Pada tahun 2016, Iran dan Arab Saudi secara resmi memutuskan hubungan diplomatik setelah massa di Teheran membakar Kedutaan Besar Arab Saudi di kota itu. Amuk massa ini sebagai reaksi atas eksekusi ulama Syiah Saudi, Nimr al-Nimr atas tuduhan terlibat terorisme.***