RIAU24.COM - Kontak senjata antara pasukan Turki dan Kurdi di sepanjang perbatasan Suriah, untuk saat ini mereda. Hal itu setelah Turki sepakat untuk menangguhkan serangannya terhadap Kurdi di Suriah selama lima hari. Turki juga bersedia mengakhiri serangan jika pasukan yang dipimpin Kurdi telah menarik diri dari zona aman di perbatasan.
Hal itu sebelumnya diusulkan dalam pembicaraan Turki dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di Ankara.
Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, ternyata tidak mau janji itu dilanggar. Sebaliknya, ia mengancam akan "menghancurkan kepala" pasukan Kurdi yang tidak menarik diri dari zona aman tersebut.
Dilansir kompas, Sabtu 19 Oktober 2019, Erdogan memberi batas waktu kepada pasukan Kurdi di Suriah untuk meninggalkan zona aman hingga Selasa (22/10/2019) malam pekan depan.
"Jika penarikan tidak terjadi hingga Selasa malam, kami akan mulai dari mana kami berangkat dan melanjutkan dengan 'menghancurkan kepala' para teroris," lontar Erdogan dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi di kota Kayseri, Anatolia tengah.
Baca Juga: Jembatan Runtuh Di Brasil, Asam Sulfat Tumpah Ke Sungai Picu Krisis Ekologis
"Jika janji-janji yang diberikan kepada negara kami tidak ditepati, seperti yang dilakukan di masa lalu, kami tidak akan menunggu dan memulai kembali operasi segera setelah batas waktu yang kami berikan berakhir," tegasnya lagi.
Ankara menganggap milisi YPG Kurdi Suriah sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang, sebuah kelompok yang telah memerangi pemberontakan berdarah di Turki selama 35 tahun.
Sebelumnya diberitakan, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menyatakan, mereka bakal mematuhi gencatan senjata dengan Turki.
"Kami akan mematuhi gencatan senjata," tegas Komandan SDF Mazloum Abdi kepada televisi Kurdi, seperti dikutip AFP, Kamis (17/10/2019).
Namun, penundaan serangan itu hanya akan terjadi di area yang melingkupi Ras al-Ain dan Tal Abyad, dua kota yang tengah dihantam operasi militer Turki. ***