Siapa Sangka, Gara-gara Ini, Menkes Terawan Sempat 'Bentrok' dan Dinonaktifkan dari IDI
RIAU24.COM - Mayor Jenderal TNI dr Terawan Agus Putranto, telah sah sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Sebelum ditunjuk sebagai menteri, Terawan adalah Kepala RSPAD Gatot Subroto. Salah satu terobosannya yang paling dikenal di dunia kesehatan, adalah terapi cuci otak, yang dikenal dengan sebutan 'Terawan Theory'.
Melalui terobosanya itu, terapi cuci otak ini disebut-sebut telah membantu meringankan 40 ribu penderita stroke.Tak hanya itu, sejumlah tokoh nasional di Tanah Air pun telah merasakan efek terapi cuci otak tersebut.
Namun, gara-gara terapi ini pula, Terawan sempat terlibat 'bentrok' dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Tidak hanya itu, Terawan bahkan sempat dinonaktifkan keanggotaanya dari ID.
Dilansir viva, Rabu 23 Oktober 2019, metode terapi cuci otak ini pertama kali diperkenalkan Terawan pada tahun 2005 lalu. Sebenarnya, apa metode cuci otak milik Terawan Agus Putranto tersebut?
Metode cuci otak atau biasa disebut brain flushing, pertama kali diperkenalkan Terawan dalam disertasinya bertajuk “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".
Dalam bahasa awam, Terawan menjelaskan, stroke terjadi karena penyumbatan pembuluh darah di area otak. Hal itu yang kemudian mengakibatkan aliran darah jadi macet dan saraf tubuh tak bisa bekerja dengan baik. Buntutnya, orang jadi tidak bisa menggerakkan tangan, kaki, bibir, atau anggota tubuh lainnya. Untuk itulah cuci otak dibutuhkan.
Kepada para pasiennya, Terawan melakukan flushing, menyemprot 'gorong-gorong' aliran darah yang tersumbat dengan air yang mengandung sodium chloride. Nah, saat pembuluh darah kembali lancar, semua akan berubah dengan cepat. Jaringan sel pun berfungsi seperti sedia kala.
Atas inovasinya ini, Terawan diganjar berbagai penghargaan, seperti penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting (HSC). Ia juga diganjar dua rekor MURI sekaligus, yakni sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak. Penghargaan lain yang diterimanya adalah Penghargaan Achmad Bakrie XV.
Namun pada tahun lalu, metode terapi cuci otak temuan Terawan menuai kontroversi. Adalah Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) yang menyatakan metode milik Terawan terbukti melakukan pelanggaran berat etik kedokteran. Alhasil, MKEK PB-IDI memecat sementara selama satu tahun Terawan sebagai anggota IDI.
Dirasakan Tokoh Nasional
Dilansir detik, metode temuan Terawan ini tidak hanya dinikmati masyarakat umum. Sejumlah tokoh nasional juga pernah merasakannnya. Di antaranya Aburizal Bakrie, Mantan Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) Hendropriyono, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Jenderal TNI (purn) Moeldoko hingga Prabowo Subianto.
Kebanyakan mereka memberi tanggapan positif atas terapi cuci otak tersebut. Tidak satu pun yang menyebutkan adanya kesalahan atau mengalami gangguan saat menjalani hingga usai melalui terapi itu.
Nah, bagaimana menurut Anda? ***