Pengamat Kritik Wacana Presiden Dipilih MPR: Pengkhianat Agenda Reformasi
RIAU24.COM - Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago saat menanggapi wacana pemilihan presiden dikembalikan ke MPR.
Dia mengatakan, salah satu buah reformasi adalah perubahan mendasar dalam mekanisme pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung. Bahkan, perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang langsung terjadi.
Dari pengalaman pahit saat berada di bawah rezim otoriter dengan legitimasi absolut MPR sebagai lembaga tertinggi negara adalah pokok perkaranya.
Maka itu, dia juga mengingatkan, MPR jangan lagi berubah wujud menjadi "stempel" kekuasaan dan di sisi lain presiden menjelma bagai dewa yang antikritik, menjadi feodal seutuhnya, masyarakat dibungkam, dan kebebasan berekspresi dikebiri.
"Transisi dari rezim otoriter ke era domokratis memang tidak selalu berjalan mulus. Namun itu tidak serta-merta menjadi alasan untuk kembali ke fase kelam di bawah sistem yang dulu telah melahirkan otoritarianisme," kata Pangi dilansir dari Rmol.id, Jumat, 29 November 2019.
Selain itu, komplikasi persoalan pemilu langsung harus diselesaikan dengan pikiran jernih bukan reaksioner. Sehingga melahirkan solusi jitu bukan dengan mengambil jalan pikiran pintas karena malas bersitegang dengan pikiran dan gagal dalam membangun dealetika berfikir.
"Indikasi malas berfikir dan gagal dalam berlogika itu tergambar dengan sangat jelas, ketika problematika dan solusi yang ditawarkan tidak nyambung sama sekali," ujarnya lagi.
zxc2
Jika memang persoalan politik berbiaya tinggi, politik uang dan keterbelahan publik yang melahirkan konflik menjadi argumen utama untuk menghapus pemilu langsung, dia mengatakan jika solusinya bukan serta merta mengganti sistem.
Selama upaya perbaikan sistem pemilu belum dilakukan secara optimal, maka sangat naif sekali rasanya menyalahkan pilihan sistem ini dan kemudian menggantinya dengan pilihan sistem lain yang telah terbukti membawa bangsa ini ke dalam sejarah kelam.
"Atau jangan-jangan mereka yang dulu merasakan nikmatnya kekuasaan dalam sistem otoriter itu sedang menyusun kekuatan. Mereka sudah tidak sabar untuk kembali berkuasa," tutur Pangi.