Budidaya Manggot BSF Diharapkan Mampu Tingkatkan Perekonomian Petani dan Nelayan
RIAU24.COM - Sejumlah nelayan dan peternak di pinggiran Sungai Siak, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru, mulai diajarkan untuk membudidayakan black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Maggot atau larva dari BSF ini dapat dijadikan sebagai pakan ikan, ayam, dan bebek karena biayanya murah.
Budi daya maggot yang merupakan binaan Direktorat Polisi Air Polda Riau ini dibiat untuk mengedukasi kelompok tani ataupun nelayan
Para petani dan nelayan cukup datang ke Mako Polairud Polda Riau yang berada di bawah Jembatan Siak III, teparnya di Jalan Yos Sudarso, Pekanbaru.
Sejumlah perwakilan kelompok nelayan bersama penyuluh dari dinas setempat fokus mendengarkan arahan dari Direktur Polisi Air Polda Riau Komisaris Besar Badaruddin. Perwira melati tiga ini menjelaskan tahap demi tahap budi daya Maggot BSF.
Tak hanya teori, Badaruddin langsung mempraktikkan bagaimana membuat wadah berisi dedak, irisan kelapa kering dan campuran bahan lainnya untuk telur RSF menetas hingga dewasa. Bahannya sangat terjangkau karena bermodalkan barang bekas dan sampah organik ataupun buah-buahan busuk.
Badaruddin menerangkan, tujuan utama budi daya Maggot BSF ini meningkatkan ekonomi kerakyatan ramah lingkungan. Dia mengajak beberapa nelayan di pinggiran Sungai Siak sebagai percontohan bagi kelompok lainnya.
Dia menjelaskan, BSF tak sulit mendapatkannya dari alam. Begitu dapat, lalat tinggal diletakkan dalam kandang ditutup jaring dan dikasih air di dasar kandang agar semut tidak masuk.
Dalam kandang, disusun kayu-kayu kecil bercelah untuk lalat bertelur. Telur ini lalu diambil dan dimasukkan ke toples berisi serbuk serta buahan busuk yang sudah digiling untuk penetesan.
"Dalam tiga hari akan menetes, bagi yang jeli matanya akan terlihat larva berukuran sangat kecil. Ini harus dipindahkan ke wadah lain berisi serbuk kemudian ditutup pakai kulit buah nangka atau lainnya sebagai makanan larva," terangnya.
Larva atau Maggot BSF tadi sudah bisa dijadikan pakanan ikan, ayam ataupun bebek. Kandungan protein hingga 60 persen pada maggot membuat ikan dan ternak tumbuh sehat.
"Nah, maggot yang berusia 45 hari dimasukkan ke kandang supaya bisa jadi lalat. Untuk lalat sendiri umurnya tidak panjang, jantan usai kawin mati, betina usai bertelur mati. Telurnya diambil begitu seterusnya," terang Badaruddin.
Masyarakat tidak perlu takut karena Maggot BSF sudah terbukti baik. Beda halnya dengan pakan yang dijual di pasaran yang tidak diketahui ada campuran kimianya.
"Misalnya begini, kalau satu ekor ayam memakai pakan dari toko seharga Rp45 ribu, maka dengan Maggot BSF ini berkisar Rp20 ribu saja," kata Badaruddin.
Hal ini, tegas Badaruddin, tentu masuk akal. Pasalnya, wadah tempat Maggot BSF berkembang bisa menggunakan jeriken bekas, ember bekas dan lainnya. Untuk makanannya, bisa dari buahan tak dikonsumsi lagi yang bisa didapatkan dari pembuangan sampah.
"Jadi ini bisa menjadi alternatif di tengah naiknya harga pakan setiap hari. Silahkan coba," sebut Badaruddin.
Budidaya ini dinilai ramah lingkungan. Pasalnya, masyarakat tidak lagi membuang limbah ke sungai karena bisa dimanfaatkan untuk wadah perkembangan maggot BSF.
"Ketika sampah ataupun limbah tak dibuang lagi, sungai bisa bersih. Ini menjadi keuntungan," sebut Badaruddin.
Selanjutnya, perekonomian masyarakat bisa terbantu karena bahan-bahan budi daya maggot mudah didapatkan. Kemudian budi daya ini bisa memangkas biaya pakan ikan.(rls)