Erdogan Bersumpah Turki Tidak Akan Mundur dari Idlib
RIAU24.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah tidak akan memindahkan pasukanya dari wilayah Idlib, Suriah. Ia juga mengatakan bahwa pembicaraan telepon yang akan datang dengan pimpinan Rusia Vladimir Putin akan membantu Angkara menentukan kebijakannya.
Panggilan telephon antara kedua pemimpin untuk membahas Idlib diperkirakan akan berlangsung pada Jumat malam.
“Hasil pembicaraan ini akan menentukan sikap kami” di daerah itu, kata Erdogan seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu 22 Februari 2020.
Pemimpin Turki menyatakan bahwa Ankara tidak akan menarik pasukannya keluar dari Idlib sementara operasi oleh pemerintah Suriah masih berlanjut di sana.
"Kecuali jika rezim (di Damaskus) menghentikan serangannya di Idlib, tidak mungkin bagi kami untuk mundur," tegasnya.
Provinsi Idlib di barat laut Suriah adalah benteng besar terakhir yang tersisa yang dikendalikan oleh pasukan yang berperang melawan pemerintah Suriah. Beberapa dari kekuatan ini adalah kelompok teroris dan beberapa militan yang didukung oleh Turki. Situasi di lapangan memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir ketika Tentara Suriah memperbarui tekanannya terhadap apa yang dikatakannya adalah teroris yang menyerang pasukan dan personel Suriah. Sementara itu Turki menuduh Damaskus membom warga sipil dan menembaki tentaranya.
Pada hari Kamis, gerilyawan yang didukung oleh artileri Turki melancarkan serangan balasan terhadap tentara Suriah di pedesaan timur Idlib, tetapi diusir dengan bantuan serangan udara Rusia. Ankara mengatakan bahwa dua prajuritnya tewas dalam serangan udara hari itu.
Berbicara pada hari Jumat, Erdogan mengklaim pasukannya "menetralisir" sekitar 150 tentara pemerintah Suriah bersama dengan selusin tank dan 14 senjata self-propelled. Sementara itu media pemerintah Suriah melaporkan bahwa "lusinan" teroris tewas dalam serangan yang gagal pada posisi Suriah.
Erdogan mengatakan bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan untuk mengadakan pertemuan empat arah di Istanbul dengan Putin pada 5 Maret, dan ia masih belum menerima jawaban Rusia untuk itu.
Moskow menuduh Ankara gagal memenuhi janjinya untuk menyingkirkan kelompok-kelompok teroris dari zona 'zona deeskalasi' yang dibentuk oleh Rusia dan Turki. Militer Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa teroris menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, mencegah mereka meninggalkan zona pertempuran melalui koridor kemanusiaan yang didirikan oleh Moskow.
Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah mendesak Ankara untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut dengan menghentikan dukungannya untuk teroris dan mempersenjatai mereka.
Sumber: Sindonews