Gara-Gara Covid-19, Amerika Desak PBB Pecat China dari Dewan HAM
RIAU24.COM - Hubungan Amerika dan China dipastikan akan semakin memanas seiring dengan munculnya desakan dari senator AS, John Cornyn kepada Dewan Keamanan Dunia untuk mencopot Jiang Duan dari dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Desakan Cornyn disampaikan langsung kepada PBB melalui surat resmi tertanggal 6 April 2020 seperti dikutip VIVA.co.id, Rabu 8 April 2020.
Dalam surat itu dituliskan beberapa alasan kenapa Amerika mendesak PBB mengeluarkan China Dewan HAM PBB. Salah satu alasan utamanya ialah tentang wabah Virus Corona atau COVID-19.
"Kami menulis surat untuk menyatakan kekecewaan kami yang mendalam dan penentangan penunjukan Jiang Duan, menteri misi Cina di Jenewa. Seperti yang Anda tahu, dalam posisi ini, Jiang akan memberi Cina peluang untuk memainkan peran terpusat dalam memilih setidaknya 17 penyelidik hak asasi manusia, termasuk mereka yang melihat kebebasan berbicara, pelecehan yang dipaksakan, dan penahanan sewenang-wenang, pelanggaran hak yang dilakukan oleh rezim China secara sewenang-wenang"
Menurut Cornyn, Duan tak pantas di tempatkan di Badan HAM karena telah melanggar hak warganya selama terjadi serangan COVID-19 di negara itu.
"China telah melakukan intimidasi terhadap medis, lalu melakukan pembatasan informasi di dunia maya dan menjatuhi hukuman berat kepada warganya yang membocorkan tentang corona," tertulis di surat itu.
Cornyn juga menuduh Partai Komunis China telah membuat masyarakat dunia dalam ancaman besar terkait serangan COVID-19. Sebab partai itu dituduh telah menutupi informasi sebenarnya tentang virus mematikan itu.
"Tindakan Pemerintah Cina pada hari-hari awal wabah tidak sepadan dengan memengaruhi dewan yang bertanggungjawab untuk menegakkan hak asasi manusia di seluruh dunia. Bahkan sekarang, Cina menahan informasi penting tentang penyebaran dan jumlah kematian virus Anda terus membungkam dan mengintimidasi para kritikus pertama," tulisnya.
Perlu diketahui, tensi politik Amerika dan China belakangan ini kembali memanas, padahal sebelumnya hubungan sempat membaik setelah Presiden Donald Trump meminta bantuan China untuk mengatasi serangan COVID-19.
Tensi kembali memanas setelah intelijen Amerika menyatakan mendapatkan data tentang kebohongan yang telah dilakukan China terkait jumlah korban wabah corona di China.
Untuk diketahui pula, kini Amerika merupakan pusat pandemi coron dunia, sudah hampir 400 ribu jiwa, 12 ribu di antaranya meninggal dunia.