Kisah Kelam Didi Kempot, Hidup Terlunta di Jalanan Ibukota Namun Jadi Idola di Belanda dan Suriname
Sesampainya di ibu kota, Didi bersama delapan temannya tidur dalam indekos sempit seharga Rp15 ribu per bulan. Mereka kadang hanya bisa tidur miring, yang penting bisa berteduh dan tak kehujanan juga kepanasan. Di ibukota inilah, yang jadi lokasi nama "Kempot" yang merupakan akronim dari Kelompok Penyanyi Trotoar lahir.
Beratnya hidup di ibukota membuat Didi tak bisa mendapatkan untung. Setiap dapat uang, setiap itu pula habis untuk mabuk. Namun dari momen itu, banyak lagu ia hasilkan. Sayang, musisi 52 tahun ini hanya mengingat sedikit lagu yang ditulis saat mengamen, antara lain We Cen Yu, Cidro, Moblong-Moblong, Lerteler Meneh dan Podo Pintere. "Lagu-lagu itu dulu booming di dunia mengamen, tapi belum ada rekamannya. Orang-orang di bis pasti bertanya ini lagu siapa. Dari situ saya punya keyakinan," kata pria kelahiran 1966 ini.
Usai mengamen, Didi Kempot menyebut biasanya menyediakan waktu untuk merekam lagu menggunakan kaset kosong dan tape recorder. Ketika satu lagu sudah direkam, Didi kemudian menyerahkannya langsung ke berbagai studio rekaman sebagai demo. Seringkali, rekaman itu hanya berakhir di meja satpam. Sejumlah label yang pernah dilamar Didi adalah MSC Plus dan Musica Studios.
Pintu rezekinya mulai terbuka setelah Musica Studios memanggil Didi karena tertarik dengan demo yang ia berikan. Didi kemudian dibantu oleh Pompi Suradimansyah, anggota band No Koes, dalam mengaransemen musik. Seperti diketahui, dulu Musica itu gudangnya penyanyi top semua.
"Saya memiliki keyakinan ketika itu, karena saya berpikir saya ini dari jalanan tapi Musica mau merekam dan mengedarkan lagu. Walau belum booming saya punya keyakinan," kata Didi.
Perlahan tapi pasti lagu We Cen Yu yang didapuk jadi single mulai dikenal masyarakat, terutama di Jakarta. Lagu yang bernuansa jenaka itu dipilih karena kala itu tren lagu galau tak laku. Rezeki kembali datang. Didi ditawari oleh TVRI untuk membuat video klip dan tayang di televisi nasional satu-satunya kala itu. "Ibu saya bangga, saya pernah bilang sama ibu kalau mau nangis nanti saja kalau saya pulang dan mimpi saya berhasil. Ya saat itu ditangisin benar. terlebih saya muncul di TV, zaman dulu kan muncul di TV sudah luar biasa," kata Didi.