RIAU24.COM - Sementara di dalam ruangan terkunci karena COVID-19, seluruh dunia mati-matian mencari solusi untuk mengakhiri penyebaran mematikan virus corona baru. Para peneliti telah mencoba memecahkan kode dengan mempelajari genetika novel coronavirus. Dan sesuai laporan terbaru, COVID-19 tidak bermutasi secepat yang ditakutkan.

Menurut Peter Thielen, ahli genetika molekuler di John Hopkins University Applied Physics Laboratory seperti dilansir dari Washington Post, dia mengatakan bahwa ada sekitar empat hingga sepuluh perbedaan genetik antara strain yang menginfeksi orang di AS jika dibandingkan dengan strain virus yang mendatangkan malapetaka di Wuhan, provinsi Hubei di Cina.

“Itu jumlah mutasi yang relatif kecil karena telah melewati sejumlah besar orang. Pada titik ini tingkat mutasi virus akan menunjukkan bahwa vaksin yang dikembangkan untuk SARS-CoV-2 akan menjadi vaksin tunggal, bukan vaksin baru setiap tahun seperti vaksin flu. "

Menurut Thielen, vaksin COVID-19 akan mengimunisasi pasien dalam jangka panjang, seperti halnya vaksin cacar air dan campak.

Di sisi lain, virus flu biasa jauh lebih terkenal. Benjamin Neuman dari Texas A&M University di Texarkana mengatakan kepada Post, "flu memang memiliki satu trik di lengannya yang tidak dimiliki coronavirus - genom virus flu dipecah menjadi beberapa segmen, yang masing-masing kode untuk gen."

Lebih lanjut dia menambahkan, "Ketika dua virus flu berada di sel yang sama, mereka dapat bertukar beberapa segmen, berpotensi menciptakan kombinasi baru secara instan - ini adalah asal mula flu babi H1N1."

Thielen menyimpulkan dengan menyatakan, “Sejauh ini kami tidak memiliki bukti yang menghubungkan virus [strain] dengan skor keparahan penyakit apa pun. Saat ini keparahan penyakit jauh lebih mungkin didorong oleh faktor-faktor lain.