Tak Cuma Sebut Sultan Hamid II Pengkhianat, Hendro Priyono Juga Tuduh Keluarga Sultan Buat Pengakuan Palsu
RIAU24.COM - JAKARTA - Keluarga Kesultanan Pontianak melaporkan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono ke Polda Kalimantan Barat. Hendropriyono dipolisikan karena diduga menghina Sultan Hamid II yang kini diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Menanggapi laporan tersebut, Hendro mengatakan seharusnya Kesultanan Pontianak marah dan melaporkan pengunggah video, bukan malah melaporkan dirinya ke polisi. “Ya marah dong sama yang mengunggah, jangan marah sama saya orang tua. Saya wajib mengingatkan kalau mau dengar, kalau nggak mau ya gak apa apa. Jangan marah sama orang tua, bisa kualat,” tegas Hendro.
zxc1
Hendro mengaku video itu diambil ketika dia diwawancarai oleh pemuda muslim. Namun dia sudah lupa nama orang tersebut.
“Video yang membuat namanya saya lupa, tapi para pemuda muslim yang mewawancarai saya dengan iktikad baik, saya tanggapi apa adanya. Pertanyaannya juga wajar, karena terkait usulan rutin seseorang untuk jadi pahlawan nasional,” pungkas Hendro.
Dalam video berjudul ‘Pengkhianat, Kok Mau Diangkat Jadi Pahlawan?’ itu, Hendro menyebut Sultan Hamid II pengkhianat, bukan pejuang.
Mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mengatakan setiap tahun pihak keluarga mengajukan Sultan Hamid II sebagai pahlawan nasional. Namun Hendropriyono selalu menentang pengajuan itu.
“Saya nasihati jangan. Dia itu bukan pahlawan kok,” kata Hendropriyono kepada wartawan, Selasa (16/6).
Ia menyebut keluarga Sultan Hamid II bergerak di dunia maya untuk menyesatkan opini publik dan hendak mempolitisasi sejarah.
Dia juga menyebut pengakuan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang Burung Garuda adalah palsu belaka. "Pengakuan mereka palsu bahwa Sultan Hamid II Alkadrie perancang simbol Negara Burung Garuda. Perancangnya itu dulu tim. Dia hanya koordinatornya,” katanya.
“Keputusan burung gambarnya begitu adalah oleh Dwi Tunggal Sukarno-Hatta. Bukan dia. Hakikat simbol adalah frasa Bhinneka Tunggal Ika, tapi itu kan karangan Mpu Tantular abad IV, bukan juga karangan dia,” tambah Hendro.***