Tragis, Ratusan Mayat Anak-anak Ditemukan Dalam Kondisi Mengenaskan di Kota Libya, Ternyata Ini Pelakunya...
RIAU24.COM - Mayat anak-anak ditemukan di kota Tarhouna Libya setelah pasukan berbasis di timur dan sekutu lokal mereka menarik diri bulan ini, kata pejabat pemerintah Bulan Sabit Merah dan Tripoli, Selasa. Mayat anak-anak tersebut jadi bukti dari apa yang oleh kelompok-kelompok HAM disebut sebagai kemungkinan kejahatan perang ketika garis depan Libya tiba-tiba bergeser dan menggusur ribuan warga sipil dan meninggalkan jejak ranjau darat yang tersembunyi di daerah perumahan.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional merebut kembali Tarhouna, sebuah kota di tenggara Tripoli, pada 5 Juni sebagai serangan oleh Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di timur untuk menangkap ibukota yang runtuh.
Pasukan GNA menemukan 106 mayat di rumah sakit dan penduduk setempat menemukan delapan kuburan massal di sekitar Tarhouna, mendorong PBB untuk menyerukan penyelidikan yang mendesak dan terbuka. Perwakilan Bulan Sabit Merah Libya Faisal Jalwal mengatakan pada konferensi pers bahwa 29 mayat yang ditemukan di rumah sakit telah diidentifikasi dan mereka termasuk wanita dan anak-anak.
Kamal Al-Siwi, kepala biro orang hilang GNA, mengatakan sekitar 10 mayat telah disingkirkan dari salah satu dari delapan kuburan massal yang telah ditemukan. Tarhouna telah bertahun-tahun dikendalikan oleh keluarga Kani lokal dan kelompok bersenjatanya, yang dikenal sebagai Kaniyat, yang setia kepada berbagai pihak selama perang sipil Libya yang kacau.
Kota ini berfungsi sebagai benteng penting bagi LNA selama serangannya di Tripoli dan Kaniyat bertempur bersama LNA di pinggiran selatan ibukota.
Seorang pejabat kementerian kehakiman GNA, Nasser Ghaita, mengatakan telah mengeluarkan 23 surat perintah penangkapan atas kasus tersebut dan meminta bantuan teknis PBB. GNA mengatakan pada hari Sabtu bahwa "seluruh keluarga" telah terbunuh.
LNA membantah pasukannya bertanggung jawab atas mayat yang ditemukan di kuburan massal dan menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelidiki laporan pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan pro-GNA di Tarhouna.