Menu

Studi Terbaru Ungkap Kenapa Pria Lebih Berisiko Alami Gejala Corona Lebih Parah Dibanding Wanita

Muhammad Iqbal 28 Aug 2020, 13:50
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM -

Sebuah studi terbaru menyebutkan jika pria lebih rentan mengalami gejala virus Corona COVID-19 jauh lebih parah dibandingkan wanita.

Diberitakan Detik.com yang dilansir dari Daily Mail, para peneliti yang berasal dari Universitas Yale di Amerika Serikat (AS) menemukan jika pria memiliki kemampuan yang lebih buruk dalam memproduksi sel kekebalan tubuh untuk membunuh virus dan melawan peradangan akibat penyakit. Sedangkan untuk wanita, respons kekebalan tubuh akan semakin kuat seiring bertambahnya usia.

Kemudian, para peneliti berpendapat, berdasarkan temuan tersebut, maka cara perawatan dan pengobatan yang diberikan pada pasien Corona pria dan wanita mungkin bisa diterapkan secara berbeda.

"Kami sekarang memiliki data jelas yang menunjukkan bahwa kekebalan tubuh pada pasien Corona antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Perbedaan ini dapat menjadi dasar mengapa pria lebih rentan terhadap penyakit," ujar peneliti Dr Akiko Iwasaki, profesor imunologi di Universitas Yale.

Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature tersebut dilakukan dengan cara mengamati 17 pria dan 22 wanita yang terinfeksi Corona dan dirawat di Rumah Sakit Yale, AS, selama periode 18 Maret hingga 9 Mei.

Hasilnya menunjukkan, adanya perbedaan jumlah virus atau viral load antara pasien pria dan wanita. Bahkan, jumlah antibodi yang dihasilkan untuk melawan COVID-19 pun berbeda.

Di tahap awal infeksi, pasien pria cenderung mengalami inflamasi atau badai sitokin yang lebih besar dibandingkan pasien wanita. Badai sitokin adalah respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap virus. Kondisi tersebut justru dapat memicu gangguan pernapasan, kegagalan multi-organ, bahkan kematian.

Kemudian penelitian itu juga menyebutkan wanita mampu menghasilkan lebih banyak sel T dibandingkan pria. Sel T merupakan sejenis sel darah putih yang mampu mengikat dan membunuh sel yang terinfeksi virus. Selain itu, pria cenderung memiliki respons pembentukan sel T yang kurang kuat dibandingkan wanita dan ini dapat mempengaruhi tingkat keparahan penyakit.

"Ketika (pria) menua, mereka kehilangan kemampuan untuk merangsang sel T. Jika orang itu gagal membuat sel T, kemampuan mereka dalam menghadapi penyakit akan buruk. Namun, pada wanita tua bahkan sangat tua seperti berusia 90 tahun, mereka masih menghasilkan respons imun yang cukup baik dan layak," jelasnya.