Kisah Tragis Dibalik Pembunuhan Aktivis Irak di Basra
RIAU24.COM - Pada 17 Agustus 2020, aktivis Irak Lodia Remon, Abbas Subhi dan Fahd al-Zubaidi sedang menuju ke upacara berkabung untuk sesama aktivis Tahseen Oussama, yang terbunuh di kota selatan Basra tiga hari sebelumnya, ketika orang-orang bersenjata menyerang mereka. Remon ditembak di kaki dan Subhi di dada.
"Saya selamat dari keajaiban. Saya masih tidak bisa berdiri dan sampai sekarang saya shock," kata Remon kepada Al Jazeera. Subhi, yang membutuhkan operasi, juga selamat.
Dua hari kemudian, Reham Yacoub, seorang teman dekat Remon dan sesama aktivis, ditembak mati di dalam mobilnya, memicu kemarahan publik dan demonstrasi di beberapa kota di Irak. Upaya pembunuhan dan kematian teman dekat telah berdampak pada Remon, yang merupakan anggota komunitas Kristen kecil Basra.
"Saya pikir saya telah kehilangan sebagian besar mimpi dan aspirasi saya untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Saya merasa saya telah kehilangan keberanian dan ketakutan telah mengambil alih. Rasa sakit psikologis jauh lebih buruk daripada rasa sakit fisik," dia berkata.
Aktivis dan penyelenggara protes telah menjadi sasaran bulan ini di beberapa provinsi selatan dan tengah lainnya, yang telah menyaksikan protes anti-pemerintah selama lebih dari setahun. Diperkirakan 700 pengunjuk rasa telah tewas dan puluhan aktivis serta kritikus pemerintah dibunuh.
Di Basra, tempat munculnya gerakan protes Irak, pembunuhan tersebut telah menciptakan suasana ketakutan, dengan sejumlah aktivis mengungsi dari kota tersebut dalam beberapa hari terakhir. Penduduk setempat menuduh kelompok bersenjata yang didukung Iran melakukan serangan itu.