Gara-gara Ini, Seniman Butet Kartaredjasa Ngaku Sakit Hati Kepada Menteri Jokowi
RIAU24.COM - Seniman dan budayawan, Butet Kartaredjasa, mengaku merasa sakit hati dengan sikap seorang menteri Presiden Jokowi. Pasalny, sikap sang menteri disebutnya telah membuat dirinya dan kalangan seniman bersedih hati, khususnya pada saat pandemi Covid-19 ini.
Hal itu dilontarkannya saat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang menyambangi warung makan miliknya, Bu Ageng di Yogyakarta, Sabtu petang 29 Agustus 2020.
Dilansir tempo, 30 Agustus 2020, dalam acara dialog dengan sejumlah seniman itu, Butet tak menyebut langsung, siapa menteri yang membuatnya sakit hati itu.
Ia menuturkan, mendapatkan perlakuan tak mengenakkan saat diundang ke Istana Negara bertemu dengan Jokowi, pertengahan bulan lalu. Tapi dari penjelasannya kemudian, kejengkelannya itu ditujukan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama lantaran ia menyebutkan bertemu dengan Kemenparekraf.
"Yang membuat saya sedih itu, ketika setelah pertemuan itu saya tanya kepada menterinya, 'Apa kira-kira yang akan dilakukan untuk membantu seniman?'," ujar Butet menirukan pertanyaan yang dilontarkannya kala itu.
Terkait hal itu, sang menteri langsung menjawab, "Saya sudah mengumpulkan 40 ribu data seniman yang akan segera mendapatkan BLT (bantuan langsung tunai)," ujar Butet menirukan menteri itu.
Butet kecewa dengan pemaknaan Wishnutama bahwa seniman adalah orang-orang populer, terkenal dan kerap menghiasi layar televisi. Pemaknaan yang salah itu, ujungnya membawa pada sikap keengganan negara menghargai seniman. Contohnya saat hendak memberikan bantuan sosial di masa pandemi Covid-19 ini.
Menurutnya, Wishnutama memang mengatakan bahwa sumbangan untuk seniman itu sudah dialihkan ke Kementerian Sosial.
Tak terima dengan jawaban itu, Butet membalasnya dengan menjawab bahwa ini bukan sekadar masalah orang berprofesi seniman lantas menerima bantuan sosial. "Ini masalah sebuah profesi, yang membutuhkan kebanggaan, penghargaan," jawab Butet.
Sebagai pejabat berwenang, Butet menilai seharusnya bantuan sosial itu bisa dikemas dalam program lebih bermartabat dan tetap menghargai profesi seniman. Bukan asal digelundungkan begitu saja sehingga memposisikan seniman layaknya seolah penganggur yang sedang mengemis perlu pertolongan.
Menanggapi hal itu, Mahfud berjanji akan menyampaikan pemikiran itu kepada Wishnutama. Ia sependapat dengan opini Butet bahwa poin pokoknya bukan soal bagaimana bantuan sosial itu secepat-cepatnya cair. Tapi juga ada program yang tetap menghargai seniman dalam karyanya.
Hanya saja Mahfud tak menampik birokrasi yang saat ini terbentuk merupakan wajah birokrasi warisan Orde Baru.
"Birokrasi kita dulu saat Orde Baru itu kan ditata kalau keluarkan uang harus jelas sehingga kerjakan seperti itu terhambat. Sebenarnya Kemenparekraf punya dana besar untuk seniman, tapi dititipkan Kemensos," ujarnya. ***