Terdampak Covid-19, Dosen UMRI Lakukan Pengabdian ke Masyarakat Khususnya Pengrajin Rotan di Pekanbaru
RIAU24.COM - PEKANBARU - Kecamatan Rumbai pesisir, Kota Pekanbaru merupakan salah satu kawasan yang terkenal dengan usaha kerajinan rotannya. Hampir di sepanjang jalan Yos Sudarso, berjejeran kedai-kedai yang menawarkan produk dari olahan rotan. Hal ini menjadikan kawasan Rumbai Pesisir menjadi tujuan wisatawan untuk berburu berbagai hasil olahan rotan.
Namun demikian, ketika diawal tahun, masyarakat dunia mulai digemparkan oleh penyebaran virus. Virus yang diidentifikasi sebagai virus Covid-19 ini dengan cepat mewabah diberbagai penjuru dunia dan mulai menjadi pandemi dunia. Tak ayal, perkembangan virus yang begitu cepat ini mengakibatkan kelumpuhan total berbagai sektor-sektor di dunia, mulai dari sektor pendidikan hingga kepada sektor perekonomian dunia.
Salah satu sektor yang terdampak akibat perkembangan virus Covid-19 ini yaitu sektor industri kreatif pengrajin rotan yang berada dikawasan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Para pengrajin rotan yang tergabung dalam koperasi Rotan Kencana mengeluhkan sulitnya perekonomian akibat pandemi ini. Para pengrajin sudah mulai mengeluhkan sulitnya dalam menggaji karyawan yang bekerja.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh tim pengabdi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) pada hari Senin 27 Juli 2020, menemukan bahwa para pengrajin rotan mengalami defisit penjualan hingga 70% keatas. Hal ini menurut para pengrajin sangat membebani. Ada juga beberapa kedai penjual hasil olahan rotan yang gulung tikar karena ketidakmampuan dalam menangani permasalahan ini.
“Solusi yang ditawarkan melalui program pengabdian masyarakat ini adalah membuat teknologi pemasaran berbasis online web marketing, sebagai promosi virtual untuk meningkatkan omset dan metode partisipatif, penyuluhan, pendampingan dan pelatihan, sebagai peningkatan kemampuan manajemen dan pengelolaan anggota pengrajin rotan,” kata Ketua Tim, Asrinda Amalia didampingi Anggota Aidil Haris dan Sri Rahmayanti.
Dikatakan Asrinda, dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang juga mengundang narasumber pelatihan yakni Dr. Fatmawati, dan Khusnul Hanafi, M.Soc, SC untuk menerapkan teknologi pemasaran dengan berbasis online web marketing terhadap penjualan produk kerajinan rotan yang berada di bawah koperasi Rotan Kencana di kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru dan juga peningkatan kemampuan memanajemen para pengrajin dengan maksud untuk meningkatkan omset penjualan di masa pandemi covid 19, dengan metode partisipatif, penyuluhan, pendampingan dan pelatihan.
“Dari hasil penelitian ditentukan bahwa produsen pengrajin rotan mengalami penurunan penjualan yang sangat signifikan selama pandemi Covid-19, jika tidak diberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini, tentunya akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan usaha yang ditekuni oleh para pengrajin rotan tersebut,” ujarnya.
“Untuk itulah perlu adanya tranformasi dan pembaharuan baru terhadap mekanisme penjualan. Perubahan pola penjualan baru ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dialami oleh para pengrajin rotan,” imbuhnya.
Masih disampaikan Asrinda, dari pada hasil analisis situasi yang dijabarkan sebelumnya, maka ada beberapa permasalahan yang dialami oleh para produsen penghasil kerajinan rotan yang ada di jalan Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Permasalahan utama yang dialami oleh para pengrajin rotan yang tergabung dalam koperasi rotan Kencana yaitu terkait sistem pemasaran.
“Selama ini, para produsen pengrajin rotan hanya mengandalkan metode pemasaran tradisional. Hal ini dipertegas oleh beberapa pengrajin rotan yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan dalam mengoperasikan sistem penjualan yang berbasiskan web,” ujarnya lagi.
Lebih lanjut para pengrajin ini, dijabarkan Asrinda bahwa faktor pendidikan menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan lemahnya kemampuan mereka dalam menguasai teknologi terbarukan. Ketidakmampuan dalam penggunaan teknologi baru seperti pada masa sekarang ini akan menjadi faktor yang cukup besar dalam memasarkan produk hasil olahan. Hampir semua sektor bisnis yang bergerak dibidang penjualan sudah beraliah dari sistem penjualan konvensional ke sistem yang lebih modern dan terbaru.
“Permasalahan kedua yang dialami oleh para pengrajin rotan ini yaitu terkait kemampuan para pengrajin dalam memanage sistem penjualan dan dalam hal manajerial. Hal ini tentu berdampak pada kurangnya inovasi-inovasi dalam menciptakan model-model produk terbaru,” katanya.
“Para pengrajin ini masih tetap fokus untuk menciptakan produk olahan rotan yang sudah turun temurun dan tidak mampu menciptakan produk-produk inovatif. Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan-pelatihan yang lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi para pengrajin rotan. Ketika pengrajin rotan ini sudah mampu untuk berinovasi, tentunya akan berdampak terhadap produk yang dihasilkan nantinya,” sambungnya.
Permasalahan ini juga dibenarkan oleh salah satu pengrajin rotan yaitu Lina (45 Tahun). Lina ini menyatakan bahwa produk olahan rotan yang mereka hasilkan masih tergolong belum inovatif dibandingkan dengan produk olahan Rotan yang dihasilkan di beberapa pulau Jawa. “Hal ini tidak terlepas dari kurangnya pelatihan-pelatihan yang didapatkan oleh para pengrajin dan juga terbatasnya alat mesin produksi yang memadai,” katanya.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa semua pengerjaan hasil olahan produk rotan ini masih dikerjakan oleh tenaga manusia.
“Oleh karena itu, dua permasalahan diatas menjadi dua permasalahan yang sangat fundamental yang dialami oleh para pengrajin rotan di kecamatan Rumbai pesisir. Permasalahan diatas harus menjadi fokus utama dalam menyelamatkan industri kreatif ini,” pungkasnya.