Mengenal Lebih Dekat Tentang Parosmia, Gejala Baru Covid-19 yang Membuat Pasien Mencium Bau Tak Sedap
RIAU24.COM - Sebelumnya, kehilangan bau atau anosmia menjadi gejala umum infeksi virus corona SARS-CoV-2. Tetapi kini beberapa orang telah mengalami gejala long Covid dengan kemampuan hidung yang mendeteksi bau tak sedap selama berbulan-bulan yang didiagnosis sebagai gangguan parosmia. Bahkan, pasien yang pulih dari infeksi virus corona melaporkan gangguan penciuman yang disebut parosmia. Mereka mengeluhkan mencium aroma atau bau tidak sedap.
Seperti dilansir dari SkyNews, Senin, pasien yang sembuh dari Covid-19 melaporkan indera penciumannya mengalami distorsi bau, seperti bau amis ikan yang menjijikan, bau benda terbakar atau belerang.
Apa itu parosmia?
Parosmia bisa mengidentifikasi bau, tetapi baunya tidak seperti yang selama ini dikenal. Biasanya bau yang dicium berhubungan dengan bau amis, bau busuk atau bau darah. Dr.dr.Retno S Wardani, SpTHTKL(K) dari Divisi Rinologi, Departemen THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo seperti dilansir dari Kompas.com, menjelaskan penyakit dengan gangguan penciuman adalah penyakit yang sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum masa pandemi Covid-19.
Gangguan mengidentifikasi dan mendeskriminasi bau atau aroma, yakni parosmia ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Di masa pra-pandemi, gangguan parosmia umumnya disebabkan oleh infeksi rhinovirus dan virus lainnya. Sebab, infeksi virus ini sama seperti SARS-CoV-2, yakni terjadi di saluran pernapasan bagian atas. Kasus parosmia akibat infeksi Covid-19 yang dilaporkan atau dikeluhkan pasien di Indonesia, sebagian besar berasosiasi dengan bau seperti bau amis, bau sesuatu yang terbakar atau bau darah.
Gejala yang dialami saat itu adalah diare, lalu setelah sembuh dan dinyatakan negatif, gejala parosmia itu muncul.