Tak Punya Uang Beli Makanan, Sepasang Suami Terpaksa Memberi Anaknya yang Menderita Autis Minuman Ini
RIAU24.COM - Orang tua akan jadi mahkluk yang paling terluka ketika melihat anak-anaknya menderita, dan sayangnya banyak anak di Malaysia yang hidup dalam garis kemiskinan.
Seperti kisah seorang gadis kecil yang harus memberi susu kental manis untuk adik laki-lakinya yang berusia 1 tahun karena tak punya uang untuk membeli makanan. Dan keluarga lain di Mersing, juga terpaksa memberi makan anak-anak mereka dengan susu kental karena situasi keuangan yang buruk.
Dilansir dari MyMetro, Siti Asmahul Husnah Maarof yang berusia 27 tahun dan suaminya yang berusia 33 tahun, Muhamad Firdausi Nasaruddin, tidak mampu lagi membeli makanan karena mereka hanya menerima sedikit pekerjaan untuk bersih-bersih sejak pandemi dimulai.
Suaminya, yang dipekerjakan sebagai tukang bersih-bersih, dibayar sekitar RM 30 (Rp 90 ribu) hingga RM50 (Rp 150 ribu) untuk tiap rumah yang dia bersihkan.
"Sudah lama tidak ada yang menyewa kami untuk membersihkan rumahnya, bahkan untuk membeli makanan pun kami tidak punya uang,” kata Siti Asmahul.
Sejak pandemi, mereka hanya menerima sekitar dua pekerjaan dalam sebulan, menyebabkan kesulitan keuangan bagi keluarga. Dia menceritakan bahwa karena kurangnya pendapatan, putra tertua mereka yang menderita autisme, Muhammad Furqan Dzulkarnain yang berusia delapan tahun, terpaksa minum susu kental manis. Mereka juga memiliki seorang anak berusia dua bulan.
“Pendapatannya berkurang drastis karena pandemi, padahal pengeluaran bulanan paling sedikit RM 700 ( Rp 2.1 juta) ,” jelasnya.
Sayangnya, suaminya harus bekerja sendiri, karena dia tidak dapat membantu suaminya karena harus fokus pada kesejahteraan keluarganya.
“Furqan yang selalu agresif pernah mengalami cedera lutut kanan ketika dia berusia empat tahun, menyebabkan dia membutuhkan perhatian terus-menerus dari saya. Setelah menjalani operasi dan fisioterapi, Furqan bisa berjalan kembali, ”imbuhnya.
Karena kondisinya, Furqan menerima RM 150 ( Rp 450 ribu ) dari Departemen Kesejahteraan Sosial (JKM). Selain itu, tetangga dan anggota keluarga yang lain akan membantu sebisa mungkin.
Nasir Ishak, seorang pejabat administrasi Dewan Agama Islam Johor (MAINJ) berbagi bahwa Muhamad Firdausi telah mengajukan permohonan bantuan pada tahun 2018, tetapi gagal. Dia menambahkan, keluarga harus mencoba melamar lagi untuk pertimbangan.