Cara Radikal Paus Alexander VII Selamatkan Bangsa Roma Abad ke-17
RIAU24.COM - Era kepemimpinan Paus Alexander VII, Kota Roma terserang wabah. Peristiwa tersebut terjadi pada Mei 1656 sampai Agustus 1657.
Jumlah warga yang tewas saat itu cukup mengkhawatirkan dikutip dari bbc.com, Selasa, 20 April 2021.
Setidaknya 56 persen penduduk Sardinia tewas, setengah dari penduduk napoli dan 60 persen dari total warga Genoa.
Di sisi lain, Roma saat itu memiliki penduduk 120.000 orang, mencatat kematian sekitar 9.500 atau kurang dari delapan persen.
Sebagai pemimpin tertinggi saat itu, Paus Alexander VII melakukan apa yang dilakukan oleh otoritas kesehatan di seluruh dunia saat ini dalam melawan pandemi Covid-19.
Saat itu, langkah tersebut bisa dikatakan sangat radikal. Ia mengeluarkan dekrit membekukan semua perdagangan dengan kerajaan Napoli, yang saat terdampak oleh pandemi.
Pada pekan berikutnya, semua pendatang dilarang masuk Roma, yang pada praktiknya adalah menerapkan karantina wilayah atau lockdown. Di Roma, hampir semua pintu gerbang yang menjadi akses ke dalam kota ditutup.
Hanya delapan yang tetap dibuka dan itu pun dijaga 24 jam oleh tentara di bawah pengawasan seorang bangsawan dan seorang kardinal. Tak hanya itu, mereka yang punya alasan valid untuk masuk ke kota juga dicatat. Langkah Paus Alexander ini tak ubahnya melakukan pelacakan kontak.
Ketika wabah meluas, Paus Alexander VII menerapkan isolasi, pembatasan diperketat, yang mencakup pelarangan kegiatan keagamaan di gereja, kunjungan diplomat, kegiataan agama dan pertemuan umum.
Lantaran tak ada pekerjaan bagi masyarakatnya, Paus mengirimkan bantuan finansial bagi warga yang harus berada di rumah. Otoritas setempat juga mengirim makanan ke warga melalui jendela.
Ketika angka kasus meningkat, otoritas mengumumkan bahwa mereka yang dinyatakan melanggar protokol kesehatan akan dijatuhi hukuman mati. Semua ini baru membuahkan hasil dan pada 1657. Pandemi di Roma dinyatakan sudah bisa dikendalikan.