Menu

Kisah Pergi Ke Mekah Dengan Kapal Dan Tantangan Lain Untuk Naik Haji Pada Zaman Bahela

Muhammad Iqbal 3 Jun 2021, 10:44
Foto : Kompas.com
Foto : Kompas.com

Awalnya semua berjalan lancar. Namun, seiring bertambahnya jumlah jemaah haji, kapal-kapal pemerintah Hindia Belanda tidak lagi mampu mengangkut jemaah haji. Keputusan selanjutnya adalah melibatkan pihak swasta. Namun, keterlibatan ini menimbulkan masalah baru. Dikutip dari buku Biro Perjalanan Haji di Kolonial Indonesia: Agen Herklots dan Firma Alsegoff & Co yang diterbitkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), menjelaskan pintu terbuka lebar bagi pihak swasta untuk terlibat dalam penanganan perjalanan haji. , menyebabkan akibat yang buruk.

Pihak swasta ini memanfaatkan kesempatan untuk meraup keuntungan yang berlebihan, melebihi niat ibadah jamaah. Orientasi ekonomi yang berlebihan ini mengakibatkan kekacauan dalam pemberangkatan haji swasta. Para calo pun bermunculan.

Mereka adalah orang-orang yang ditugaskan untuk mencari calon jamaah haji sebanyak-banyaknya. Jika target tercapai, para calo akan mendapatkan reward dari pihak swasta, yakni pergi ke Jeddah secara gratis.

Di kapal, aktivitas calo ini tidak berhenti. Mereka menjadi calo penginapan jemaah di Tanah Suci. Tentu saja mereka meminta uang tambahan kepada jemaat. Bagi jemaah kaya, masalah ini mudah. Namun tidak demikian bagi jemaah dengan uang pas-pasan.

Dalam konteks ekonomi, haji juga merupakan bisnis. Terhormat. Tidak semua bisnis dijalankan dengan baik. Berbagai persoalan membayangi persoalan haji di zaman Hindia Belanda. Pada saat itu ziarah menyebabkan persaingan bisnis yang ketat.

Saking ketatnya, haji seringkali diwarnai dengan perbuatan keji, dari monopoli hingga penipuan. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perjalanan haji di Hindia Belanda ditandai dengan monopoli bisnis yang kuat oleh agen perjalanan haji swasta.

Halaman: 234Lihat Semua